Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tanggapi laporan 3,3 persen atau 399 calon dokter spesialis di RS Vertikal yang mengalami depresi bahkan merasa lebih baik mengakhiri hidup.
Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr Adib Khumaidi ungkap salah satu pemicu terbanyak depresi pada PPDS adalah persoalan jam kerja.
Belum ada waktu ideal yang secara resmi ditetapkan pemerintah terkait batas 'working hours' para residen.
Lantas berapa waktu ideal yang sebaiknya diterapkan untuk peserta PPDS?
Baca juga: 2716 Calon Dokter Spesialis Alami Gejala Depresi, JDN Singgung Soal PPDS yang Tidak Digaji
Menurut Adib, di seluruh dunia rata-rata mempunyai jam kerja maksimal 80 jam selama seminggu.
"Kita sudah melakukan beberapa presentasi dan dengar pendapat dengan PPDS dan juga melakukan survei internal. Kami dapatkan di seluruh dunia itu rata-rata diberikan working hours regulation maksimal 80 jam selama seminggu," ungkapnya pada konferensi pers virtual, Jumat (19/4/2024).
Namun, memang penerapannya di Indonesia perlu menyesuaikan dengan kearifan lokal.
Terutama peserta PPDS bersifat magang, sehingga harus mencapai kompetisi tertentu sesuai yang diwajibkan program studinya.
"Kalau belum tercapai tentu harus ada tambahan waktu. Tetapi memang working hours regulation harus disesuaikan," usul Adib.
Karena jam kerja yang terlalu berat akan membuat lelah peserta PPDS. Rasa lelah ini bisa berpotensi membuat depresi bagi mahasiswa PPDS.
Di sisi lain, agar calon dokter bisa mencapai kompetensi tetap harus punya jam 'terbang' yang tinggi.
"Menurut beberapa literatur dunia dikatakan 80 jam adalah titik temu yang manusiawi dan peserta PPDS mendapatkan kompetisi yang baik," tutupnya.