Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) 2022, diproyeksikan bahwa pada tahun 2045, satu dari setiap lima penduduk Indonesia akan berusia lansia.
Dalam konteks ini, lansia didefinisikan sebagai individu yang berusia 60 tahun ke atas sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998.
Merespons meningkatnya populasi lansia, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 88 Tahun 2021 tentang Strategi Nasional Kelanjutusiaan yang bertujuan menciptakan kawasan yang ramah lansia, dengan berbagai layanan yang mencakup kesehatan, pendidikan, dan bantuan sosial.
Mendukung kebijakan pemerintah, tim Pengabdian Masyarakat FIA UI yang diketuai oleh Prof Dr Retno Kusmastuti MSi bermitra dengan LKS Baitul Qurro’ untuk menyelenggarakan program pengabdian masyarakat dengan judul “Pendekatan Inovasi Sosial untuk Membangun Kemandirian Lansia dalam Activity Daily Living di Kecamatan Parung panjang, Kabupaten Bogor.”
Tim pengabdian masyarakat ini melibatkan diri untuk membantu persoalan yang dihadapi lansia dan program-program dari LKS yang menurut pendirinya, Susi Damayanti bertunjuan memberdayakan lansia agar mereka dapat mandiri dan berkontribusi secara ekonomi.
Salah satu cara yang dilakukan adalah melalui pembuatan anyaman bambu yang dipasarkan di Galeri Baitul Qurro.
"Hasil dari penjualan produk ini digunakan untuk mendukung operasional LKS dan membantu pembiayaan kegiatan," kata Ayya panggilan akrab Susi Damayanti.
Dengan memanfaatkan potensi lokal, LKS Baitul Qurro berupaya memberdayakan lansia untuk menghasilkan uang dari hasil kerajinan tangan.
Ayya menjelaskan bahwa keterampilan menganyam yang diwariskan secara turun-temurun menjadi salah satu aset yang dapat dimanfaatkan namun mereka menghadapi kendala, terutama dalam memenuhi permintaan pasar dan keterbatasan fisik lansia.
"Meskipun ada potensi yang besar, lansia sering kali menemui kesulitan dalam memasarkan produk yang dihasilkan atau menjangkau pasar baru," katanya.
Apa yang terjadi di LKS Baitul Qurro menarik perhatian tim pengabdi dari UI yang berkolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah desa, untuk mendukung komunitas lansia.
Tim pengabdi telah melakukan diskusi dengan aparat desa dan pemangku kepentingan lainnya untuk melakukan analisis strengths (kekuatan), weaknesses (kelemahan), opportunities (peluang), dan threats (ancaman).
"Hasil dari analisis SWOT diperoleh rekomendasi kebijakan yang efektif untuk meningkatkan kemandirian lansia melalui pendekatan inovasi sosial," katanya.
Dikatakan ketua pengabdian, Prof Retno, analisis SWOT bertujuan untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dihadapi oleh komunitas lansia.
“Kesejahteraan lansia dan ibu-ibu peajin anyaman bambu membutuhkan peran bapak ibu dalam memberikan pembinaan, pendampingan dan dukungan," katanya.
Oleh karena itu, harus dilihat kelebihan dan kekurangan yang dimiliki desa ini dan sekiranya upaya atau strategi apa yang bisa kita lakukan untuk membantu komunitas lansia dan ibu-ibu ini agar bisa mandiri.
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang situasi yang ada, kata dia program-program yang dirancang dapat lebih tepat sasaran dan bermanfaat bagi lansia di Desa Gintung Cilejet.
"Program ini menunjukkan bahwa kolaborasi antara berbagai pihak dan pendekatan inovasi sosial dapat menjadi solusi efektif dalam meningkatkan kemandirian lansia, terutama di daerah pedesaan seperti Desa Gintung Cilejet," katanya.
Dikatakannya, dengan dukungan dan partisipasi aktif dari seluruh masyarakat, diharapkan kesejahteraan lansia dapat terwujud dan meningkatkan kualitas hidup mereka.