Laporan wartawan Tribun Jakarta, Deodatus S. Pradipto
TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Air mata itu tumpah juga. Terdengar klise dan terlalu romantis. Mungkin istilah tersebut memang sudah lazim untuk menggambarkan sebuah kegembiraan yang luar biasa. Namun semua itu bukan sekadar ekspresi kebahagiaan, melainkan juga kebanggaan dan keterkejutan luar biasa. Sinar wajah Yi Siling, memberi jawaban itu.
Nama Yi Siling langsung menjadi pembicaraan utama setelah upacara pembukaan Olimpiade London 2012. Saat atlet lain masih berjuang, ia sudah menikmati betapa bahagia dan bangga menjadi orang yang pertama mendapat medali emas di multievent empat tahunan tersebut.
Yi Siling meraih medali emas pertama di London 2012, sekaligus perdana bagi kontingen Cina, setelah mampu menjadi yang terbaik di nomor 10 meter air rifle, kemarin. Hal ini sekaligus menjadi penanda Cina tetap menebar ancaman kepada kontingen lain untuk merebut juara umum Olimpiade London. Momen di Royal Artillery Barracks, tak mungkin terlupakan bagi seorang Yi Siling.
Yi merebut emas setelah mengalahkan atlet menembak Polandia, Sylwia Bogacka. Sementara medali perunggu jatuh ke Cina atas nama Yu Dan. Berada di babak final bagi Yi Siling terasa sangat spesial karena berarti sudah 12 kali berhasil mencapai babak puncak dalam 15 kompetisi yang dia ikuti pada empat tahun terakhir.
Perempuan 23 tahun itu sudah sembilan kali mendapat kalungan medali. Statusnya pun juara dunia dan juara Asia.
Keberhasilan meraih medali emas semakin istimewa. Yi bukan hanya menjadi orang pertama yang meraih medali emas di Olimpiade London 2012. Yi merupakan atlet pertama yang lolos ke London.
Yi Siling mengaku beruntung bisa meraih medali emas. Pasalnya, Sylwia Bogacka sudah berada pada posisi terdepan dan sedikit lagi menggenggam medali emas. Yi sempat tidak bisa mengejar pencapaian Bogacka.
Dewi fortuna memang sedang berada di sekeliling Yi Siling. Beberapa tembakan lawan meleset. Alhasil, Bogacka hanya mencetak poin 9,7, terburuk dalam kariernya di babak final. Bogacka sempat turun hingga posisi ketiga dan disalip Yi.
Namun, karena skornya mendekati sempurna, 10,8 dari 10,9, membuatnya meraih medali perak dan mengungguli Yu. Yi Siling menyelesaikan babak final dengan total poin 502,9.
"Saya merasa kerap mendapatkan keberuntungan," ungkap Yu seperti dilansir The Star.
Begitu dinyatakan sebagai pemenang, penembak yang hanya berbicara bahasa Mandarin itu menangis haru di lengan pelatihnya, Zhang Qiu Yuan dan dihampiri sejumlah wartawan. Dikerubungi awak media, Yi dengan polosnya merasa bak bintang film.
"Saya sangat terkejut dan senang. Saya telah menembak sejak usia saya 13 tahun," tutur perempuan berpostur 165 cm itu, seperti dilansir ESPN.
Keberhasilan Yi Shingli meraih medali emas di cabang menembak nomor 10 meter air rifle tidak luput dari disiplin tinggi yang ditanamkan perempuan berdomisili di Guang Dong tersebut. Ketika babak final cabang menembak di Royal Artillery Barracks baru digelar di siang hari,Sabtu (28/7/2012) perempuan 23 tahun itu justru mempersiapkan diri sejak pagi hari.
"Saya sudah bangun sejak pukul 5 pagi," ungkap Yi seperti dilansir situs resmi Olimpiade London 2012.
Hasil di London 2012 sangat wajar membuatnya senang. Ia sangat berterima kasih kepada negara dan keluarga atas dukungan yang mereka berikan. "Saya berterima kasih kepada Cina, ibu dan ayah saya," katanya.