Laporan Wartawan Tribun Jakarta, Glery Lazuardi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Tradisi emas yang diusung kontingen Indonesia di Olimpiade London 2012 pupus. Setelah hampir 20 tahun kontingen merah-putih menjaga asa dengan meraih medali emas di Olimpiade, kini di 2012, pencapaian itu akhirnya terhenti.
Pasangan Ganda Campuran Indonesia yang diharapkan menjadi tumpuan untuk meraih prestasi tertinggi, harus tersungkur di babak semifinal. Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dipaksa mengakui keunggulan dari pasangan China, Xu Chen-Ma Jin dengan skor 23-21, 18-21, 13-21.
Sejarah itu kini pupus di tengah jalan, sejak pertama kali meraih dua medali emas di Olimpiade Barcelona 1992 melalui Susi Susanti dan Alan Budikusuma, bisa dibilang ini pencapaian terburuk.
Dari sembilan pebulutangkis yang ikut serta di Olimpiade London, hanya Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir yang berhasil lolos sampai babak semifinal. Di nomor lainnya, atlet Indonesia berguguran di babak perempatfinal. Catatan ini diperburuk dengan didiskualifikasinya Greysia Polii/Meiliana Jauhari dengan alasan telah mengurangi semangat sportifitas di Olimpiade.
Kekecewaan gagal mempertahankan medali emas terpancar dari raut muka Liliyana Natsir dan Tontowi Ahmad. Seolah tidak percaya, melihat lawan yang pernah mereka kalahkan di babak semifinal Djarum Indonesia Open Super Series 2012, kini gantian mengalahkan mereka.
“Pastinya kecewa, tetapi kalau lihat dari permainan kami juga sudah berusaha maksimal bermain. Namun hasilnya seperti ini, inilah permainan ada yang menang dan ada yang kalah,”tutur Liliyana Natsir.
Perasaan yang sama juga turut dirasakan oleh Ratu bulutangkis Indonesia, Susi Susanti. Peraih medali emas Olimpiade Barcelona 1992 itu mengungkapkan kesedihannya melihat kegagalan Indonesia di Olimpiade London.
“Tentu saja sedih, tetapi ini bukan akhir dari segalanya. Kita harus menerima kenyataan dan inilah prestasi yang kita dapat,”ujarnya.
Memang tidak mudah untuk mendapatkan medali emas di Olimpiade London, seperti yang dikatakan oleh Rudy Hartono. “Memperoleh emas tidak mudah seperti yang diperkirakan, apalagi dengan memberikan harapan terlalu tinggi kepada Tontowi dan Liliyana, ini membuat pemain terbebani.
Terlihat di permainan gim ketiga, dimana kedua pasangan Indonesia kerap melakukan kesalahan sendiri,”tuturnya.
Sebagai permintaan maaf, Ketua Umum PB PBSI (Pengurus Besar Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia) Djoko Santoso memberikan permohonan maaf kepada pecinta bulutangkis di tanah air.
“Kami meminta maaf kepada semua pecinta bulutangkis di Indonesia. Kami menerima kegagalan ini dengan besar hati dan melakukan evaluasi ke dalam untuk meraih hasil yang lebih baik lagi di masa yang akan datang,”tutur Djoko Santoso seperti dilansir dari situs berita BBC.
baca juga: