TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Apa kabarnya Brayen Brata Coolen? 'Penunggang' andal dari klub berkuda Aragon, Lembang, ini tengah memperdalam ilmunya di negeri Kincir Angin, Belanda.
Dia bukan hanya menyempurnakan pendidikannya, akan tetapi juga meningkatkan kemampuannya dalam upaya lebih menguasai tunggangannya. Brayen Brata Coolen, 19 tahun, saat ini masih menunggu masa dimulainya kuliah di NHB Deume, Lattrop, Denekamp, September mendatang.
Seraya menunggu musim 'pelajaran baru' itu, Brayen Brata Coolen tak menyia-nyiakan waktunya. Dia terus memantapkan kemampuannya dengan berlatih keras di Stal D'Hofstee dengan didampingi tim pelatihnya, termasuk Pieter Jan Berkers.
Pada Jumat (31/5), sesi latihan Brayen di Stal D'Hofstee bahkan diunduh ke youtube. Bagi anda, pembaca, yang sudah kangen ingin melihat 'aksi' Brayen Brata Coolen, bisa membuka tautan di bawah ini: http://m.youtube.com/#/watch?v=1VkcOmHrJ8o&feature=youtu.be&desktop_uri=/watch?v=1VkcOmHrJ8o&feature=youtu.be
Brayen Brata Coolen sebelumnya tampil pada tiga seri kejurnas Equestrian Indonesia (EQINA) sebelum 'terbang' ke Belanda. Yakni, turnamen AE Kawilarang Memorial I di Arthayasa stable, EQINA Terbuka di Ditpolsatwa stable, dan Jateng Masters di Tengaran, selatan Semarang.
Tadi malam, pemilik Aragon stable yang juga ketua umum PP Pordasi Muhammad Chaidir 'Eddy' Saddak melontarkan kabar gembira, bahwa rider andalannya itu dipastikan akan pulang dulu ke Jakarta pekan depan.
"Dia akan ikut bersaing di turnamen Albert Evert Kawilarang Memorial II di Pulo Mas," ungkap Eddy Saddak.
Tampilnya Brayen Brata Coolen di AEK Memorial II sekaligus perebutan Piala Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dan Wakil Gubernur Basuki Tjahaya Purnama tentunya akan menambah sengit persaingan perebutan gelar juara. Brayen sementara ini termasuk penguasa di nomor 110 cm, kendati dia bisa memberikan persaingan keras di nomor 120 cm kepada senior-seniornya seperti Raymen Kaunang atau Ferry Sudarmadi.
Brayen Brata Coolen sejak belia sudah menunjukkan bakatnya, dan talentanya semakin bersinar setelah dia ditempa serius oleh rider senior dan sarat pengalaman seperti James Momongan di BEC stable milik Ronny Loekito di Lembang, yang juga pembina EQINA. Tahun silam, Brayen Brata Coolen tampil di World Cup, di Caracas, Venezuela, menempatkan diri di posisi tujuh dunia.
Di Aragon, Brayen dipersiapkan secara serius untuk selalu siap jika diminta mewakili Indonesia di pentas equestrian internasional. Tak mengherankan jika Eddy Saddak secara khusus membelikannya kuda 'Bo Aragon', untuk lebih memantapkan fase latihannya di Stal D'Hofstee, Belanda.
"Pada peringkat FEI (Federation Equestre Internationale) tahun silam di kelas jumping 110 cm Brayen ada di posisi tiga," papar Eddy Saddak.
Brayen, beserta rider-rider yunior dan senior andal yang bernaung di klub-klub anggota EQINA tentu saja tak ambil bagian pada World Jumping Challenge (WJC) zona Indonesia yang digelar Jumat hingga Minggu ini di JPEQ, Sentul, Bogor.
Ini yang membuat persaingan di seri WJC 2013 tersebut kehilangan greget-nya. Harus diakui bahwa mayoritas rider andal equestrian bergabung di klub-klub anggota EQINA, bukannya EFI (Federasi Equestrian Indonesia), yang menggelar seri WJC zone Indonesia itu.