Laporan Wartawan Tribun Jakarta, Glery Lazuardi
TRIBUNNEWS.COM - Kehadiran Taufik Hidayat di cabang olah raga bulu tangkis melanjutkan kedigdayaan Indonesia di nomor tunggal putra.
Pebulutangkis asal Bandung itu merupakan generasi yang lahir setelah era dari Joko Suprianto, Alan Budikusuma, serta Ardi B. Wiranata berakhir pada pertengahan 1990-an.
“Taufik Hidayat sosok idola di bulu tangkis. Dia lahir di era setelah Joko, Alan, dan Ardi. Dia bisa menggantikan kakak-kakaknya. Anak ajaib. Sosok luar biasa, sangat disegani,” kata mantan ratu bulu tangkis Indonesia, Susi Susanti.
Tercatat selama 17 tahun menekuni karier sebagai pebulutangkis profesional, mantan peringkat pertama dunia itu sudah meraih 27 gelar juara.
Selama periode itu dia dilatih oleh pelatih Mulyo Handoyo. Puncak prestasi pria 31 tahun itu terjadi pada saat meraih medali emas Olimpiade Athena, Yunani pada 2004.
Selain gelar medali emas Olimpiade, menantu dari Agum Gumelar itu berhasil mendapatkan gelar bergengsi lainnya seperti Piala Thomas, Asian Games, Kejuaraan Dunia, termasuk gelar juara di Turnamen Superseries seperti Indonesia Open.
Menurut Susi Susanti, Taufik hadir dengan penampilan luar biasa. Dia juara Olimpiade dan Indonesia Open 6 kali. Sempat melaju ke rangking ke atas serta berada di level tertinggi.
“Hanya pemain sekelas Lee Chong Wei. Lin Dan, dan Peter Gade yang bisa menyaingi Taufik Hidayat,” kata peraih medali emas Olimpiade Barcelona 1992 di nomor tunggal putri itu.
Taufik Hidayat mengumumkan pensiun dari cabang olahraga bulu tangkis. Pengumuman pensiun disampaikannya sebelum berlangsungnya final Indonesia Open 2013 di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (16/6/2013).