Laporan Wartawan Tribun Jakarta, Glery Lazuardi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Keberhasilan Indonesia meraih dua gelar juara di Kejuaraan Bulu Tangkis Dunia 2013 di Guangzhou, China menyisakan pekerjaan rumah bagi Pengurus Pusat (PP) Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI).
Pekerjaan rumah tersebut, yaitu melakukan pembinaan pebulu tangkis di nomor tunggal putri, tunggal putra, dan ganda putri. Sebab, ke depan Indonesia tak hanya lagi bisa berharap pada nomor ganda putra dan ganda campuran saja.
Staff Ahli Bidang Pembinaan dan Prestasi PBSI, Susi Susanti mengatakan, organisasi pimpinan Gita Wirjawan itu harus melakukan kerja keras di dalam melakukan pembinaan atlet. Pembinaan dilakukan sejak usia dini di kelima nomor yang dipertandingkan.
“Pengurus harus bekerja keras di tiga nomor (tunggal putri, tunggal putra, dan ganda putri),” tutur peraih medali emas di nomor tunggal putri Olimpiade Barcelona 1992 itu.
Juara dunia nomor tunggal putri tahun 1993 itu mengaku, bulu tangkis Indonesia sempat mengalami miss generasi beberapa waktu lalu. Itu merupakan akibat dari tidak seriusnya PBSI melakukan pembinaan usia dini.
Dia melanjutkan, seharusnya PBSI melakukan pembinaan sejak pebulu tangkis berada di usia 11 tahun. PBSI jangan lagi hanya memikirkan pemain yang saat ini berada di pelatnas bulu tangkis, namun sudah harus mempersiapkan pemain sejak generasi ketiga.
“PBSI harus menyiapkan tiga generasi. Pembinaan berkesinambungan meliputi generasi kedua dan ketiga. Jadi tidak ada miss generasi seperti waktu lalu yang pernah dialami. Diperlukan kerja keras,” ujarnya.
Pembinaan pemain usia muda dalam rangka menjaring bibit unggul dapat dilakukan dengan menyelenggarakan kejuaraan bulu tangkis yang digelar rutin sepanjang tahun.
PBSI telah memiliki kalender kejuaraan sepanjang tahun. Kejuaraan-kejuaraan yang tercantum di dalam kalender PBSI diantaranya, Djarum Sirkuit Nasional, Candra Wijaya Mens Double Championship, dan Astec Open.