TRIBUNNEWS.COM, SALATIGA - Penyelenggaraan 'Jateng Classic' di Tengaran, Salatiga, sekaligus menjadi ajang pertemuan dari sebagian besar masyarakat equestrian nasional. Pasalnya, mayoritas dari 'stakeholders' equestrian bergabung dengan EQINA.
"Event-event besar EQINA seperti menjadi arena reuni masyarakat equestrian, termasuk tokoh-tokoh yang selama ini berada dibelakang layar" ungkap Johanes Lukito, pemilik klub Arrowhead yang bermarkas di Tegalwaton, Tengaran, itu.
Diantara tamu kehormatan 'Jateng Classic' itu, misalnya, Yusni Radius Prawiro. Putra dari almarhum Radius Prawiro itu, menkeu kharismatis di era Presiden Soeharto, adalah pemilik klub Pegasus yang berlokasi di kawasan Sukabumi, Jabar.
"Kami senang dengan kehadiran pak Yusni. Tadi beliau sudah turut menyerahkan penghargaan kepada para pemenang," ujar Johanes Lukito kepada Tribunnews.com, Jumat (11/10/2013) malam.
Johanes Lukito melukiskan, betapa guyubnya atmosfir atau suasana setiap kali pelaksanaan 'event' besar EQINA. Nuansa persaingan yang kompetitif, diantara atlet-atlet mereka sendiri, tidak mempengaruhi cairnya percakapan diantara mereka. Alex Benyamin, pemilik klub Santamonica, Bogor, bahkan masih kerap turun langsung dengan menunggang kuda pilihannya.
Sementara, tokoh-tokoh senior berkuda lainnya seperti Ronny Loekito, pemilik Bandung Equestrian Center (BEC), atau Muhammad Chaidir, Ketum PP Pordasi yang juga pemilik Aragon stable, menyaksikan atau mendampingi rider-ridernya dari tribun kehormatan. Eddy Saddak sejak Jumat sore juga sudah hadir di Salatiga.
Pada Sabtu (12/10/2013) pagi, ia mengirim pesan dari ponselnya terkait perolehan atau hasil dari para rider Aragon yang juga atlet persiapan PON 2016 Jabar.
"Ini hasil Jabar di hari pertama Jateng Classic: Preliminary Yunior, pemenang kedua Rahmat Saleh dengan kuda Mahajana; Preliminary Senior, pemenang pertama Dadang Suryatna (Ferro). Elementary Senior, juara Djolfie Momongan (Ksatria Parahyangan), peringkat kedua, Dadang Suryatna (Ferro): Medium Dressage, pemenang : Djolfie Momongan (Ksatria Parahyangan)."
Eddy Saddak sudah semakin memahami perlunya dilakukan sosialisasi ke media dan pencerahan ke masyarakat. Khususnya juga mengenai adanya kegiatan seperti 'Jateng Classic' yang menghadirkan atlet-atlet atau rider terbaik dari seluruh klub anggota EQINA.
Ketua Umum EQINA, Jose Rizal Partokusumo, merasa menyesal karena tak bisa hadir di 'Jateng Classic'. Ia absen karena hampir bersamaan ada tugas lain yang tak bisa ditinggal