TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - JN Milo sudah tiada. Ketika jasadnya berkalang tanah, di area Gunung Geulis, tak jauh dari 'markas' JN Stud & Stable, Yanyan Hadiansyah turut menangisi kepergian kuda kelahiran Jerman 13 April 2006 itu.
"Dua tahun terakhir ini saya lebih banyak menunggang JN Milo, jadi tentu saja kematiannya membuat saya sedih," ujar 'rider' kelahiran Bandung 3 Januari 1986 itu.
Yanyan Hadiansyah, yang bergabung dengan JN Stud sejak 2011, mengakui jika JN Milo merupakan salah satu kuda equestrian terbaik yang pernah ditungganginya. Dalam dua tahun terakhir Yanyan dan JN Milo mampu bersinergi dengan sempurna untuk menuai rangkaian prestasi mengesankan.
Cukup banyak torehan penampilan menawan yang dilakukan oleh 'duet' Yanyan dan JN Milo dalam gelaran kejuaraan Eqina 2012 dan 2013. Termasuk, keberhasilan mereka memenangi kelas bergengsi 125 CM Open pada seri kejurnas Equestrian Indonesia (Eqina) AE Kawilarang (AEK) Memorial-2, medio Juni 2013 di arena pacuan kuda Pulomas.
Saat ini, Yanyan dan JN Milo sebenarnya juga sudah diagendakan untuk tampil pada kejurnas memperebutkan Piala Pangdam Jaya, yang akan digelar 22-24 November mendatang di kompleks pacuan kuda Pulomas, Jakarta Timur.
Sebelum JN Milo 'terserang' colic atau sembelit, sejak Sabtu lalu, Yanyan sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi 'Pangdam Jaya Cup' itu.
Persiapan ke 'event' memperebutkan Piala Pangdam Jaya ini juga dikaitkan dengan keseriusan 'rider' asal kota kembang itu dalam latihan jangka panjang menghadapi persaingan 'show jumping' pentas berkuda PON XIX-2016, Jabar.
"Saya tak punya firasat apa apa kalau JN Milo tiba-tiba pergi selama-lamanya," kata Yanyan. Kepergian JN Milo membuat Yanyan harus segera fokus dengan tunggangan lainnya.
Dan, Amazing Grace adalah pilihan terbaik dari mantan "rider' BEC, Putri Ayu dan Aswatama Stable itu. Yanyan sudah sering menunggang Amazing Grace. Kini dia berharap 'Grace' bisa melanjutkan suksesinya dengan JN Milo. (tb)