TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Equestrian Indonesia (EQINA) telah menyelesaikan seluruh program kerja 2013 dengan baik. Kalender
kegiatan tahun ini telah dituntaskan dengan sempurna melalui suksesnya penyelenggaraan Kejurnas AEK Memorial III pada 13-15 Desember baru lalu di Pegasus, yang memuncaki rangkaian persaingan atlet-atlet dan kuda-kuda terbaik EQINA sepanjang 2013.
Penyampaian Anugerah 'EQINA Award' yang diberikan kepada atlet-atlet tersukses pada empat kelas pembinaan, disamping penetapan peringkat atau ranking pada keseluruhan kelas dari 'dressage' dan 'show jumping', menjadi bukti dari keseriusan, komitmen dan konsistensi
pada proses pembinaan yang dijalankan oleh jajaran pengurus EQINA.
Dukungan penuh dari masyarakat equestrian, khususnya klub-klub anggota EQINA, tentu layak pula diberikan apresiasi. Demikian intisari dari pernyataan Alexander Fernandes Benyamin, salah satu tokoh equestrian nasional yang disegani.
Berikut adalah penuturan langsung dari pemilik Santa Monica Stable, Bogor, yang juga salah satu anggota dewan pembina Equestrian Indonesia atau Komisi Equestrian PP Pordasi 2011-2015 pimpinan Mohammad Chaidir Saddak.
Kinerja EQINA sangat luar biasa. Kompetisi yang diselenggarakan selama 2013 sangat padat, melebihi kompetisi yang pernah diselenggarakan ECI (Equestrian Commission of Indonesia) EFI (Equestrian Federation of Indonesia) pada tahun-tahun yang lalu.
Komitmen dan kerja keras pengurus EQINA dibawah kepemimpinan Jose Rizal Partokusumo sangat tinggi, dimana mereka bahu membahu
menyelenggarakan kompetisi, klinik, maupun kegiatan-kegiatan pembinaan lainnya yang langsung berdampak pada peningkatan kemampuan atlet.
Di 'show jumping', sedikitnya ada 6 'rider' muda yang mampu berkompetisi di kelas sampai dengan 130-140 cm seperti Brayen Brata-coolen, Raymen Kaunang , Yanyan Hadiansyah, Joko Susilo, Ferry Sudarmadi. Di kelas 120 cm, ada Marco Momuat, Samantha Born, Samuel Prawiro dan banyak 'rider' muda lain yang sangat berpotensi.
Jajaran pengurus EQINA sangat aktif, seperti Bibit Sucipto, Johannes Lukito, Dewi Anggraeni, Shanti Sadino. Dukungan Ketua Umum PP Pordasi Eddy Saddak serta para pembina seperti Triputra Yusni Prawiro, Rronny Lukito sangat luar biasa. Partisipasi dan dukungan masyarakat equestrian sangat tinggi. Sekurangnya ada 18 klub yang tersebar di DKI, Bogor, Tanggerang, Jabar, Jateng, Jatim, Sumut, Sulut yang selalu aktif mendukung setiap kompetisi yang di selenggarakan EQINA.
Puncaknya, pada 13-15 Desember 2013 pada AEK Final Competition yang diselenggarakan di Pegasus, Bogor, yang merupakan puncak dari rangkaian kompetisi 2013, diikuti lebih dari 500 'entries'. Terbanyak selama kompetisi terbuka yang pernah diselenggarakan di Indonesia.
Bagaimana untuk 2014? Kondisi 2014 dilihat dari sisi pembinaan sangat menjanjikan, karena antusiasme pengurus EQINA dan dukungan masyarakat berkuda sangat tinggi.
Tantangannya adalah menghadapi dualisme karena adanya EFI yang sudah diakui sebagai anggota KON dan FEI (Fderasi Equestrian Internasional). Demi kemajuan equestrian ke depan, usaha-usaha dan pemikiran-pemikiran menuju rekonsiliasi harus terus diperjuangkan. (tb)