TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kejuaraan pacuan kuda ‘open race nasional’ Jateng Derby berlangsung dengan baik dan lancar di arena pacuan kuda Tegalwaton, Salatiga.
Arena perlombaan yang terletak di kaki gunung Merbabu itu kini telah kembali sepi. Kesibukan hanya terlihat di Arrowhead Stable yang memang berada di Tegalwaton itu. Klub berkuda milik Kabid Organisasi Equestrian Indonesia (EQINA) Johanes Lukito itu sebagian kandangnya dipakai untuk kuda-kuda peserta ‘Jateng Derby’.
Sebagian besar dari peserta maupun perangkat perlombaan ‘Jateng Derby’ telah meninggalkan Tegalwaton. Bahkan, ada yang memutuskan langsung kembali ke daerahnya masing-masing pada Minggu sore atau malam itu juga, setelah perlombaan selesai.
Pilihan untuk langsung kembali ke Jakarta itu pula yang diambil oleh tiga anggota dewan steward atau juri dari ‘Jateng Derby’ ini.
Mereka berharap Senin pagi sudah langsung masuk kantornya masing-masing. Namun, apa daya, perjalanan mereka terhambat. Banjir yang melanda beberapa wilayah di Pantai Utara membuat perjalanan pulang mereka dengan kendaraan roda empat itu terkendala.
“Sampai Senin pagi mereka masih terdampar di Sumedang, terhadang kemacetan karena banjir,” papar Wakil Sekretaris PP Pordasi Noviardi Sikumbang yang dihubungi oleh tiga anggota ‘dewan steward’ itu.
Dolfie Tewuh, Yandis Laluyan dan H.Katompo, tiga anggota dewan juri ‘Jateng Derby’ itu, hanya bisa meratapi nasibnya.
“Ya nasib, koq jadi begini,” begitu antara lain komentar mereka lewat telepon kepada Noviardi Sikumbang. “Mereka minta dikirimi bantuan ransum karena kelaparan,” kata Novi, mengulangi seloroh ketiga rekannya dari dewan juri itu.
Noviardi Sikumbang sendiri merasa beruntung karena tidak ikut langsung pulang ke Jakarta Minggu malam itu juga. Dia baru terbang ke
Jakarta Senin siang. (tb)