TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengurus Pusat Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia memastikan menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) pada akhir Maret 2014 ini di gedung pertemuan Pulomas, yang berada
dalam kompleks pacuan kuda.
"Pekan depan ada rapat pleno untuk kepastian tanggalnya," jelas Wijaya Mithuna Noeradi, wakil sekretaris umum PP Pordasi, Sabtu (15/2/2014).
Rakernas PP Pordasi diselenggarakan setelah Rapat Anggota Tahunan (RAT) dari KONI Pusat, yang menurut rencana pada awal Maret mendatang.
Karena itu, sangat mungkin Rakernas PP Pordasi akan membahas dan mendalami lebih jauh materi terkait permasalahan berkuda yang mengemuka dalam RAT dari KONI nanti. Namun, Wijaya Noeradi enggan membicarakan lebih jauh subtansi Rakernas itu.
"Intinya, ada beberapa masalah yang akan dibahas, termasuk pelaksanaan kompetisi berkuda PON 2016 mendatang," ulang Wijaya Noeradi.
Sebagaimana diketahui, kompetisi berkuda PON XVI-2016 di Jabar akan mementaskan persaingan dari disiplin ketangkasan (equestrian) dan pacuan, dengan kemungkinan jumlah medali yang diperebutkan maksimal bisa mencapai 30.
Banyaknya jumlah medali yang diperebutkan itulah, karena untuk pertama kalinya pacuan akan diperlombakan secara resmi, membuat beberapa pihak tergiur untuk menjadi pelaksana pertandingan atau 'panpel' dari perlombaan berkuda PON XVI-2016 tersebut.
Salah satu pihak yang menginginkan penyelenggaraan perlombaan berkuda PON XVI-2016 inilah adalah EFI (Equestrian Federation of Indonesia), organisasi equestrian yang dipimpin oleh Irvan Gading.
Pihak EFI khususnya menginginkan perlombaan equestrian PON XVI-2016 itu diselenggarakan oleh mereka. Alasannya, karena EFI adalah pemegang mandat NF (National Federation) dari Federasi Equestrian Internasional (FEI), dan karenanya EFI yang paling berhak mengelola kegiatan equestrian di Indonesia, tak terkecuali PON.
Akan tetapi, kehendak EFI inilah sudah dimentahkan oleh Ketua Umum PP Pordasi Mohammad Chaidir Saddak.
"Mungkin sulit ya bagi EFI, karena anggota mereka juga sangat sedikit," demikian antara lain dikemukakan Mohammad Chaidir Saddak beberapa waktu lalu. (tb)