Laporan Wartawan Tribunnews, Abraham Utama
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pebulutangkis tunggal putra Jerman Mark Zwiebler tetap bermain tenang saat berhadapan dengan Simon Santoso di babak pertama BCA Indonesia Open Super Series Premier 2014, Rabu (18/6/2014) padahal ia sedang tertinggal 6-11.
Ribuan penonton di Istora Senayan Jakarta juga tak berhenti meneriakan nama Indonesia dan Simon. Ketenangan itu membuat Zwiebler mampu membalikkan kedudukan menjadi 20-18, sebelum akhirnya gugur.
"Saya suka penonton di Indonesia. Saya tidak tertekan," ujarnya sambil tersenyum usai pertandingan yang berakhir untuk kemenangan Simon Santoso itu.
Indonesia memang tidak asing bagi pemain berusia 30 tahun ini. Zwiebler merupakan runner-up Indonesia Open Super Series Premier 2013. Di partai final ia ditaklukan pebulutangkis Malaysia Lee Chong Wei.
Februari lalu, Zweibler memutuskan tak jadi berkompetisi di Kejuaraan Nasional Jerman. Ia lebih memilih bertanding di Djarum Indonesia Super League 2014. Zwiebler bergabung ke klub Musica Flypower dan mengangkat trofi di akhir kompetisi. Saat itu ia berada satu tim dengan Simon dan Lee .
"Kami teman baik," tuturnya.
Atmosfer pertandingan di Indonesia yang riuh-rendah, menurutnya, terkadang memang menjadi batu sandungan bagi pemain asing sepertinya. Ia mengaku bertanding di Indonesia tidaklah mudah.
Penyelenggaraan turnamen bulu tangkis di Indonesia memang memiliki ciri khas tersendiri. Antusias penonton yang tinggi membuat arena pertandingan selalu ramai dan gaduh. Sebagai bukti, tahun lalu BWF memilih Indonesia Open Super Series Premier sebagai turnamen terbaik tahun 2013.
Penyelenggaraan Indonesia Open Super Series Premier tahun ini juga tak sepi penonton. Sejak pertandingan yang paling pagi, pukul 8.30 WIB, histeria dan dukungan mereka terus terdengar.