TRIBUNNEWS.COM, SAMARINDA - Pelatih tinju Samarinda, Aswir Koto mengaku sudah bertemu dengan pelatih tinju PPU Basis Aribowo. Aswir menyatakan prihatin atas kejadian tersebut. "Tadi saya sudah bertemu dengan pelatih PPU Pak Basis. Kami saling memahami kejadian kemarin," kata Aswir, sebelum meninggalkan arena pertandingan tinju di gedung Graha KNPI Kaltim.
Disinggung peristiwa pengeroyokan kemarin malam, Aswir menceritakan, ia tidak ikut naik ke ring. Ia menyadari situasi itu memancing kemarahan pendukung atau suporter Samarinda, karena awal keputusan wasit yang dinilai tidak sesuai prosedur pertandingan.
"Pada saat ronde pertama, petinju kami kena pukul dan berdarah. Melihat adanya pendarahan, wasit menghentikan. Tim medis kami, melihat kondisi lukanya. Harusnya, wasit melihat pada saat petinjukami dipukul, itu bukan kena pukulan sarung tinju. Tapi terkena sikut lawan. Wasit harus meminta pendapat dari juri, soal pukulan yang sampai berdarah," tutur Aswir.
Menurut dia, yang memancing kemarahan penonton atau suporter Samarinda, karena tidak puas keputusan yang ditetapkan dewan juri. Apalagi, singgung Aswir, proses awal terjadinya pukulan yang mengakibatkan robeknya alis petinju Tono Adonara, tidak mendapat perhatian dari wasit maupun juri.
"Logikanya, kalau dipukul kena sarung tinjunya, mungkin tidak sampai robek dan berdarah. Kami melihat, itu berdarah karena kena sikutnya. Memang itu biasa kalau robek dalam pertandingan tinju. Dioleskan salep itu bisa berhenti. Pukulan itu kena sarungnya atau kena sikut?" bebernya.
Tono Adonara yang mengalami pendarahan, langsung diperiksa dokter Solekhan yang bertugas di pertandingan malam itu. Penilaian dokter, luka pendarahan diatas alisnya dianggap membahayakan jika pertandingan tetap dipaksakan untuk dilanjutkan. Sehingga dokter merekomendasikan ke dewan juri yang dipimpin Hermanto Ginting, untuk dihentikan pertandingan tersebut.
"Rekomendasi itu, memutuskan juri mengumumkan pemenang melalui wasit yang memimpin pertandingan. Suporter yang hadir mungkin kecewa. Mereka langsung pada naik ke ring. Saya tidak naik. Malah saya menjaga atlet-atlet saya yang duduk dibangku sini," kata Aswir, sambil menunjuk tempat duduk atlet pada saat kejadian pengeroyokan berlangsung.