TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemiba olahgara Tenis Meja DKI Jakart5a, M Arifin Thahir mengaku bahwa dirinya prihatin dengan perkembangan prestasi atlet tenis meja di tanah air. Menurut Arifin, pembinaan Tenis Meja di Indonesia bukannya menunjukkan grafik prestasi yang naik, malah turun tajam.
Hal ini diakuinya lantaran pengurus PP PTMSI tidak mengindahkan pembinaan yang berkesinambungan. Selain itu, pemilihan atlet Tenis Meja untuk mewakili Indonesia ke berbagai turnamen yang sifatnya multi event maupun single event dilakukan dengan sistem penunjukkan langsung atau istilah kasarnya tidak lagi melalui seleksi yang benar sehigga atlet yang mewakili Indonesia di ajang internasional tidak teruju dengan presstasinya.
"Kondisi tenis meja di tanah air sangat memperihatinkan karena kurangnya koordinasi antara stakeholder dan Pengprov-Pengprov PTMSI selaku pembina atlet," ungkap M Arifrin Thahir di Jakarta, Senin (19/1/2015).
Contoh lain, saat pemilihan atlet yang akan dikirim mewakili Indonesia pada Asian School Games November 2014 di Filipina, penetapan atletnya tidak melalui seleksi melainkan ditetapkan dan ditunjuk langsung oleh Kemenpora tanpa dasar atau kriteria yang jelas.
"Saya berharap ke depannya, hal seperti ini tidak terulang lagi, karena di negaeri ini cukup banyak atlet Tenis Meja yang berprestasi baik di tingkat pelajar yang mempunyai potensi untuk mewakili Indonesia di ajang event regional mupun internasional," jelas Arifin Thahir.
Dikatakan Arifin Thahir, atlet Tenis Meja yang mewakili Indonesia harus memiliki rating yang lebih tinggi dari atlet lainnya.
"Jangan lagi ada atlet Tenis Meja yang mewakili Indonesia, begitu turun di event dalam negeri dengan mudah dikalahkan atlet Tenis Meja lainnya, seperti yang terjadi di PON Remaja lalu dimana atlet Tenis Meja asal Jawa Timur, Gustin yang mewakili Indonesia tidak berdaya saat menghadapi atlet Tenis Meja asal DKI Jakarta. Harusnya, hal ini tidak terjadi lagi jika memang seleksi dilakukan dengan ketat saat Indonesia tampil di arena internasional," papar Arifin.