Laporan Wartawan Harian Super Ball, Murtopo
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Asisten Deputi (Asdep) Sentra Keolahragaan Kemenpora, Raden Isnanta, prihatin terhadap atlet PLLP Ragunan karena kapasitas tempat latian sudah tidak menampung. Hal ini dikarenakan fasilitas latihan di Ragunan juga digunakan oleh atlet PPLP DKI Jakarta.
“Saya kasihan dengan atlet PPLP Ragunan terutama untuk cabang atletik. Bayangkan, ketika mereka sedang berlatih, tiba-tiba bola masuk dari lapangan sebelah. Dan itu terjadi berulang kali. Bagaimana mereka bisa fokus, jika latihannya selalu terganggu,” ujar Raden Isnanta, saat tampil sebagai pembicara di Diskusi Kamisan (Kumis) Kemenpora yang mengangkat tajuk ‘PPLP Ujung Tombak Pembibitan Olahraga Berprestasi, di Media Center Kemenpora, Senayan, Jakarta.
Dia mengungkapkan, jalan keluar untuk para atlet agar mereka bisa fokus berlatih sehingga bisa mencapai hasil maksimal adalah dengan berlatih di tempat tersendiri. “Solusi untuk mereka memang sangat sulit. Mereka harus mempunyai tempat berlatih tersendiri kalau ingin fokus. Kalau tetap di Ragunan, mereka akan selalu terganggu,” ungkap Isnanta.
Sementara Kepala Sekolah SMP/SMA Ragunan, Drs Rasmadi, mengaku bangga terhadap anak didiknya. Pasalnya, meskipun saat belajar dalam kondisi lelah, bahkan kadang tertidur, namun angka kelulusan selalu 100 persen. “Meskipun saat belajar mereka sering tertidur karena kelelahan, namun hebatnya mereka selalu lulus 100 persen saat mengikuti Ujian Nasional,” ujar Rasmadi.
Dia memastikan, jika seseorang senang berolahraga, bisa dipastikan kalau orang yang bersangkutan memiliki intelegensia tinggi. Contohnya Ravi Murdiantoro, lanjut Rasmadi. Ravi terpaksa mengikuti Ujian Nasional susulan karena saat Ujian Nasional berlangsung tengah melakukan serangkaian pertandingan di luar negeri.
“Bahkan ketika saya tanya apakah dia sempat belajar menjelang ujian nasional. Jawabannya sungguh mengejutkan, katanya dia justru memilih Umroh. Tapi hasilnya sungguh mengejutkan, hasil ujian nasionalnya di atas temen-temannya," lanjut Rasmadi.
Secara tegas dia mengatakan bahwa atlet yang belajar di SMP/SMA Ragunan memiliki konsekuensi yang sama. Mereka harus belajar seperti pelajar di sekolah lain. Namun jam belajar mereka berbeda. Mereka belajar mulai dari jam 9 pagi hingga jam 12 siang. Bagi mereka yang berada di luar negeri, mereka bisa belajar melalui laptop, tablet, atau alat komunikasi lainnya mulai pukul 1 siang.
“Para guru di sekolah Ragunan dibagi dalam tiga shift. Dengan gaji yang sama dengan guru di sekolah lain, mereka siap menjalankan tugasnya,” ujarnya.Yang pasti kata Rasmadi, dia sama sekali tak mendapatkan kendala terhadap anak didiknya.