TRIBUNNEWS.COM - Kegagalan juara di GP Malaysia dua pekan lalu, mengejutkan tim Mercedes. Mobil juara konstruktor 2014 itu tak berdaya mengejar mobil Ferrari yang dikemudikan Sebastian Vettel di Sirkuit Sepang, pada balapan seri kedua musim 2015 ini. Lewis Hamilton maupun Nico Rosberg, tak mampu berbuat banyak mengejar mobil berlogo "kuda jingkrak" itu.
Akibat kekalahan di Sepang itu, spekulasi bahwa dominasi Mercedes mulai luntur ikut merebak.Meski demikian mereka tak khawatir. Bagi tim pabrikan asal Jerman itu, kekalahan di Malaysia menjadi semacam terapi kejut yang memaksa mereka mulai meningkatkan kewaspadaan dan melakukan pembenahan, terutama dari segi aerodinamika.
Sebelumnya kepala Tim Mercedes, Toto Wolff mengatakan kekalahan di Malaysia adalah jam weker bagi timnya, usai meraih kemenangan mudah 1- di balapan pembuka GP Australia. Kini hal senada diungkapkan Kepala Teknik Mercedes, Paddy Lowe, yang mengatakan Mercedes perlu melakukan banyak perbaikan, usai kekalahan di Malaysia.
"Kami menghabiskan waktu menganalisa kekalahan di Sepang. Kelemahan yang paling signifikan adalah manajemen ban kami di balapan panjang," ujar Lowe, seperti dilansir Reuters.
Saat balapan di Malaysia, kata dia, Ferrari terbantu oleh temperatur panas di Sirkuit Sepang.Hal yang sebaliknya justru menyulitkan Mercedes. Temperatur panas itu membuat mobil Mercedes sulit melaju kencang, karena ban mobil yang cepat aus.
Namun di Shanghai, secara umum temperatur udara di sirkuit itu lebih rendah ketimbang suhu di Malaysia. Saat balapan nanti, suhu udara di sana diperkirakan tidak akan melebihi 20 derajat Celsius.Dan kondisi ini bisa membuat mobil Mercedes melaju lebih cepat.
Dari sisi layout,Shanghai yang memiliki banyak trek lurusbisa menjadi keuntungan bagi Mercedes. Trek lurus panjang hingga 1,3 kilometer bisa menjadi santapan mobil Mercedes yang punya power dahsyat.
Berdasarkan analisis itulah Lowe yakin mobil Mercedes akan kembali berjaya di Shanghai. Karakteristik sirkuit yang memiliki panjang lintasan 5,451 km itu menurut dia lebih menguntungkan bagi Mercedes ketimbang tim lain. Hal itu sudah terbukti ketika tahun lalu Hamilton menjadi juara. Sementara Rosberg meraih kemenangan pertamanya di F1 sepanjang kariernya pada 2012 di GP China tersebut.
"Kini persaingan menuju gelar juara dunia sudah semakin serius, jadi kami harus terus mencari cara untuk unggul. Ada yang harus diperbaiki di bagian depan. Kami memiliki beberapa perkembangan aerodinamika untuk Shanghai, dan menargetkan penampilan yang lebih baik daripada Malaysia," tutur Lowe.
Bbagi Hamilton pribadi, pebalap Inggris itu juga punya modal sangat baik di Shanghai. Hingga saat ini ia tercatat sebagai pebalap paling sering menang di Sirkuit Shanghai. Total Hamilton sudah mengoleksi tiga gelar juara pada musim 2008, 2011 dan 2014.
“Shanghai adalah sirkuit favorit saya. Sederhana saja: karena fans. Saya tak tahu mengapa. Namun sejak tiba di bandara, mereka selalu ada. Rasanya luar biasa mendapatkan dukungan hebat itu,” tegas Hamilton."Sirkuitnya memiliki tantangan berbeda dengan Albert Park dan Sepang. Tapi saya cukup menikmatinya dan sirkuit ini cukup cocok dengan gaya mengemudi saya," lanjutnya.
Tak hanya Hamilton, rekan setimnya, Nico Rosberg juga mengusung ambisi juara di Shanghai. ""Shanghai adalah sirkuit yang bagus untuk saya. Di sanalah saya meraih pole pertama saya dan kemenangan pertama saya pada tahun 2012 silam -- tahun ketiga saya bersama Silver Arrows," sambung pebalap 29 tahun itu.