News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Cricket, Bukan Kriket, Lebih Nyaman dan Tidak Gaduh

Editor: Toni Bramantoro
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Aziz Syamsuddin (kanan), Rita Widyasari dan Arsyad Achmadin

TRIBUNNEWS, COM. JAKARTA - Terasa baru kali ini cricket tiba-tiba menjadi pusat perhatian. Salah satu jenis olahraga yang berasal dari Commonwealth (negara-negara Persemakmuran) ini bukan tidak mungkin segera semakin menjadi lebih populer di Indonesia.                             

Itu pula yang dijanjikan Aziz Syamsuddin  yang mengemban amanah dari komunitas cricket tanah air untuk mengendalikan organisasi Pengurus Pusat Persatuan Cricket Indonesia (PP PCI) masa bakti 2015-2019.                                       

Membesarkan dan mempopulerkan cricket adalah tekad  dari Ketua Komisi III DPR RI ini, yang disampaikannya pula saat pemilihan pemimpin baru PP PCI bulan lalu, untuk menggantikan  DR. James Tangkudung.                   

Pertengahan pekan kemarin, tepatnya Jumat dan Sabtu (10-11/4) lalu,  kepengurusan PP PCI 2015-2019 yang diketuai oleh AziZ Syamsuddin ini dilantik oleh Ketua Umum KONI Pusat Tono Suratman.

Tidak tanggung-tanggung, acara pengukuhan kepengurusan baru PP PCI ini dilakukan di Hotel Century, Senayan. Aziz Syamsuddin juga langsung menggebrak dengan menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas), sejak Jumat sore dan berakhir Sabtu petang.       

"Alhamdulillah, semua bersemangat. Semangat dan motivasi seperti ini yang harus terus kita pertahankan," ungkap Aziz Syamsuddin di awal percakapan khususnya dengan 'Tribunnews', akhir pekan kemarin.

Aziz Syamsuddin, yang 30 Maret 2015 lalu ditetapkan sebagai Ketua Korps Alumni KNPI, pada kesempatan ini didampingi oleh Sekjen Arsyad Achmadin dan Bendahara Rita Widyasari, yang juga Bupati Kutai Kartanegara 2010-2015.                                                         

TANYA: Mengapa tertarik dan bersedia memimpin PP PCI?                                                   

JAWAB: Olahraga ini punya daya tarik atau karakter tersendiri. Memang 'Commonwealth' banget, akan tetapi itu justru mendatangkan pesona tersendiri. 'Commonwealth sport' yang satu ini juga tidak gaduh, nggak kayak sepakbola misalnya, bahkan bikin nyaman.               

TANYA: Cricket ini bisa ditulis saja dengan kriket atau bagaimana?     

JAWAB: Kalau di luar negeri pasti menulisnya tetap cricket.             

Arsyad Achmadin menambahkan, cricket harus tetap ditulis crikcket saja, tak bisa di Indonesiakan dengan kriket)

TANYA: Bagaimana strategi atau kiat-kiat Anda dalam memenuhi pencapaian target lebih membesarkan dan mempopulerkan olahraga ini?     

JAWAB: Sebelum ini saya memang pernah juga di kepengurusan olahraga, sebagai bendahara di PP PABBSI yang dipimpin pak Adang Daradjatun. Rasanya saya sudah cukup intens. Akan tetapi, pasti intensitas dan 'brain storming' diantara teman-teman pengurus akan lebih sering di PP PCI ini, soalnya saya khan yang memimpin langsung. Bagaimanapun seorang ketua umum itu harus memberi contoh baik juga.                             

Intinya, saya optimis dan yakinlah dengan kepengurusan ini, soalnya semua teman-teman juga.                     

Arsyad: Pak Aziz Syamsuddin ini salah satu teman baik sejak lama, kami juga pernah sama-sama di KNPI/Komite Nasional Pemuda Indonesia). Ibu Rita Widyasari juga demikian.

Ada juga teman-teman yang lain. Pertemanan lama itu yang bisa membuat kepengurusan ini dan juga kinerja kedepannya akan lebih baik.                   

Rita Widyasari: Saya di KNPI kayaknya sudah cukup lama juga. Waktu pak Aziz jadi ketua umum KNPI, periode 2008-2011, saya jadi wakil bendahara.

Di periode sebelumnya juga sudah jadi pengurus. Juga masih dipercaya waktu KNPI dipimpin pak Taufan EN Rotorasiko, sebelum sekarang terpilh jadi ketua umum baru Muhammad Rifai Darus, untuk periode 2015-2018. Saya juga pernah jadi ketua umum KNPI Kutai Kartanegara. Di korps alumni KNPI juga ikut masuk jadi pengurus.         

TANYA: Untuk pencapaian keberhasilan lebih membesarkan dan mempopulerkan cricket ini, apa apa saja yang akan dilakukan?                   

JAWAB: Oh, pastinya ada berbagai rencana ke depan. Kita sudah melakukan inventarisasi permasalahan, ada evaluasi dan proyeksi-proyeksi yang ditetapkan. Semuanya kita bahas dan rembukkan di Rakernas. Semuanya, termasuk anggaran. Karena ini masih termasuk jenis olahraga yang segmented, kerja kita memang agak berat, akan tetapi upaya membesarkan dan mempopulerkannya bukan tidak mungkin bisa dilakukan. Saya percaya, semua pengurus akan bekerja keras untuk mencapainya.             

Arsyad Achmadin: Cricket sekarang memang masih terbatas sarana pertandingannya, salah satunya di multi-event Asian Games. Baru di Asian Games 2010 dan 2014 cricket dipertandingkan, juaranya Srilangka. Jangan lupa, Komite Olimpiade Internasional/IOC sekarang sedang membahas mengenai cabang olahraga Olimpiade yang jumlah penontonnya bisa dibilang kurang memenuhi standar atau tidak memuaskan. Keputusan untuk mendegradasi cabor itu dari Olimpiade kemungkinan besar dilakukan tahun depan. Sudah ramai disebut-sebut kalau cricket sangat layak dipertandingkan di Olimpiade itu.      IOC tidak bisa menutup mata bahwa jumlah penonton dari rata-rata kejuaraan cricket, apalagi seri kejuaraan dunia, hampir menyamai jumlah penonton pertandingan sepakbola. Jumlah penonton cricket itu nomor dua terbanyak di dunia setelah sepakbola.                   

Hal ini juga yang membuat perkembangan cricket makin menonjol di Asia, sehingga saatnya nanti kian membesar pula di ASEAN selain Malaysia dan Singapura).                                                                               

TANYA: Apa program jangka panjang, menengah atau jangka pendek dari PP PCI 2015-2019 ini?                               

JAWAB: Adalah, tapi rasanya nggak enak kalau pagi-pagi sudah mengumbar seluruh rencana kita ke pers. Yang jelas perhatian dan kerjasama dengan insan pers termasuk yang akan kami prioritaskan, sebab partisipasi yang besar dari pers tentunya akan memberi pengaruh yang baik pula buat kami, setidaknya makin meningkatkan percepatan pencapaian program kerja. Ringkasnya, sudah saya sampaikan kepada teman-teman pengurus garis besar dari keseluruhan planning kepengurusan ini, termasuk yang jangka pendek dan mendesak. Misalnya, bagaimana kita harus segera punya kesektariatan yang nyaman, di mana kita bisa ngobrol dan membahas apa saja dengan enak, termasuk menerima tamu-tamu dari kalangan ekspatriat atau kedutaan yang banyak memainkan cricket. Juga tamu-tamu dari kalangan dunia usaha atau sponsor, yang sangat kita butuhkan. Kita tak perlu setiap saat ketemu atau rapat di hotel atau tempat yang mewah.   

Arsyad Achmadin: Kita sudah punya tempat untuk sekretariat, di bagian samping gedung bulutangkis Jalan Asia Afrika, Senayan. Kalau dari segi tempat, letaknya cukup strategis. Seperti disarankan pak Ketum, kita hanya tinggal membenahi dan menjadikannya lebih comfort saja, misalnya dengan membuat papan nama yang 'eye catching' sehingga lebih banyak orang yang tahu dan bilang 'Oh, cricket beda ya sekarang").                                 

TANYA: Sejauh ini kerjasama apa saja yang sudah dilakukan?                     

JAWAB: Kalau secara resmi pastinya belum ada, meski memang sudah ada pembicaraan-pembicaraan secara lisan yang juga dilakukan oleh teman-teman pengurus.  Kita akan mencoba menjalin kerjasama dengan Departemen Pendidikan, pihak-pihak terkait, dan terutama dengan kalangan dunia usaha. Saya sudah sampaikan ke teman-teman, kita harus segera membuat semacam 'Cricket Guidance' yang bisa menjadi pengantar kita untuk masuk ke mana saja. Panduan itu harus dibuat dua, yakni satu untuk internal kita, yang tentunya harus dilengkapi aturan, peraturan atau Statuta kita. Kedua, yang sifatnya eksternal, untuk kita sebarkan ke berbagai pihak, terutama juga sekolah-sekolah dan kalangan calon sponsor. Untuk calon sponsor ini, tentunya kita harus lebih melakukan pendekatan ke unit-unit usaha yang berbau 'Commonweath' juga, misalnya perbankan atau lembaga keuangan lainnya. Dengan kedutaan-kedutaan, pastilah, soalnya banyak kedutaan yang memainkan cricket. Proses sosialisasi juga harus dikembangkan dan ditingkatkan. Saya minta ke teman-teman, kita mainkan sosial media (sosmed), twitter, fesbok dan semacamnya. Pokoknya berbagai cara supaya publik semakin tahu dan faham apa itu cricket.                         

Rita Widyasari: Kita memang akan lebih intensifkan peranan di sosmed itu. Saya juga ingin kita punya website khusus yang mudah diakses dan menambah pengetahuan atau wawasan  masyarakat, sehingga masyarakat pada saatnya akan semakin menyayangi olahraga ini. tak sekadar penggiatnya saja. Sebagai langkah awal, publik sudah bisa mengakses ini: "Do you know about cricket sport?...visit http://cricketindonesia.or.id". Coba deh klik.                   

TANYA: Kalau bicara kendalanya, apa saja misalnya?                               

JAWAB: Sejauh ini rasanya saya tak ingin terlalu serius memikirkan kendala-kendalanya, sebab itu bisa saja melemahkan semangat kita, haha. Kita pikirkan yang baik-baiknya sajalah, bahwa cricket berpotensi untuk segera besar, lalu semakib maju dan berkembang. Kita harus oprimistis. (Arsyad Achmadin: Cricket ini sudah ada di 17 provinsi, sudah beberapa tahun ada dua kejuaraan rutin, di Bali dan Jakarta. Ke depannya kita upayakan perbanyak kejuaraan antarmahaswa dan sekolah. Tahun ini, antara Agustus atau September/Oktober, kita akan gelar prakualifikasi PON, untuk menjaring tim ke PON tahun depan di Jabar. Kalau dibilang kendala, kita tak ingin menyebut kelangkaan lapangan sebagai sebuah kendala besar. Lapangan untuk permainan atau pertandingan cricket bisa dimodifikasi dari lapangan sepakbola. Luasnya hampir sama, yang membedakannya adalah untuk cricket perlu lingkaran di tengah-tengah lapangan. Kalau lapangan sepakbola itu segiempat, cricket ada lingkaran besar ditengahnya.                        Soal lapangan, selain di Bali, lapangan cricket ada di kawasan Bumi Perkemahan Cibubur. Ada beberapa lapangan. Setiap kejuaraan dilakukan di sana terus. Pra PON juga nanti di sana. Kita bisa sewa satu lapangan. Kalau dibilang kendala, ya, mungkin hanya masalah alat pertandingannya saja, sebab sampai sekarang masih harus diimpor, entah dari India. Srilangka atau Australia. Mereka membuat alat pemukulnya dengan kayu khusus. Tetapi nanti bisa kita siasatilah. Kalau untuk pengembangan kedepannya, kita harus optimistis. Cricket ini sudah masuk dalam mata pelajaran resmi di Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Rawamangun, jadi banyak tenaga-tenaga dari UNJ yang bisa membantu sosialisasi cricket untuk kalangan mahasiswa dan pelajar). tb       

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini