TRIBUNNEWS, COM.JAKARTA - Empat hari tersisa menuju pergelaran pacuan Jakarta Derby, yang dilangsungkan Minggu (7/6) di Pulomas, boleh jadi adalah saat-saat menegangkan untuk para pemilik klub, pemilik kuda, pelatih dan joki, yang berencana berpartisipasi pada event dari Pengprov Pordasi DKI Jaya itu.
Disebut menegangkan, sebab hingga ke saat kelangsungan Jakarta Derby itu, diperlukan kewaspadaan, ketelitian dan kecermatan dari kesemua unsur diatas untuk tidak memberikan obat-obatan dan vitamin pada kuda-kuda mereka.
Pemberian obat dan vitamin harus sepengetahuan dokter.
Namun, ditegaskan, bukan dilarang, tetapi diatur oleh dokter.
Jika masih memberikan obat dan vitamin yang berpotensi mengandung obat perangsang atau doping, sangat mungkin kuda pemenang lomba bisa terancam diskualifikasi atau kemenanganya dicabut.
Menurut Alex Asmasoebrata, Ketua Pengpov Pordasi DKI Jaya, pembelakuan tes anti-doping di Jakarta Derby adalah sebuah proses pembelajaran.
"Setelah 60 tahun usia Pordasi, baru kali ini ada tes doping untuk kejuaraan pacuan. Proses pembelajaran memang mahal. Pemeriksaan (doping)-nya juga mahal. Tetapi, ini harus dilakukan," jelas Alex.
"Sudah ikut drawing, tiba-tiba kuda dinyatakan doping, duit pendaftaran bisa diambil lagi," terang Alex.
Ada kekhawatiran bahwa selama ini sebagian besar dari kuda-kuda pacu memakai obat-obatan atau vitamin, yang mayoritas berpotensi doping.
da dugaan bahwa penggunaan anabolyc-steroid, vitamin yang mengandung zat perangsang tingkat tinggi, juga tidak tabu dipergunakan.
Padahal, anabolyc-steroid haram digunakan untuk seluruh olahraga apa pun. Oleh karena itu, Alex tak bisa menjawab ketika seorang peserta Jakarta Derby mempertanyakan bagaimana jika dari hasil pemeriksaan atau tes doping tersebut nantinya masih ditemukan sisa-sisa dari kandungan anabolyc-steroid, yang efeknya luar biasa?
Sebab, menurut keterangan drh Fitri Dewi Fathiyah, kandungan anabolyc-steroid sangat kuat, bisa diketahui hingga tiga bulan kemudian.
"Saya tidak bisa menjawabnya sekarang. Nanti dokter Fitri yang akan menjawabnya," kata Alex, walau didesak berulangkali. Bagaimana jawaban drh Fitri? "Saya juga tak bisa memutuskannya sekarang. Sama seperti pak Alex, saya juga tak bisa memutuskannya sendiri," timpal drh.Fitri Dewi Fathiyah. tb