TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Malang, kota sejuk di Jawa Timur memiliki tempat khusus dalam sejarah perkembangan tenis Indonesia.
Kenangan itu terhampar pada belasan lapangan tenis di Jalan Tenes, sebuah nama jalan lingkar luar kawasan olahraga yang kini dikenal dengan nama Stadion Gajayana Malang.
Di atas permukaan hardcourt itulah, ribuan atlet muda dari seluruh pelosok nusantara merintis jalan sebagai petenis terbaik di tanah air dalam sebuah turnamen yang bertajuk Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Tenis Yunior Malang, sejak 1954.
Penyumbang medali bagi kontingen Merah Putih di arena Asian Games seperti Yustedjo Tarik, Atet Wijono, Hadiman dan Tintus Arianto Wibowo serta Lanny Kaligis pernah mencicipi kerasnya persaingan di ajang ini.
Selanjutnya kejuaraan ini juga memberi bekal berharga bagi para peserta --tak terbatas hanya pada laga di lapangan tenis, namun juga sangat bermanfaat dalam menjalani kehidupan di luar lapangan.
Tercatat nama-nama tenar sebagai alumnus Kejurnas Tenis Yunior Malang, misalnya Ketua Pansel KPK, Destry Damayanti yang dulu dikenal dengan nama Trien Soedarno.
Meski tak pernah tampil sebagai juara, pengusaha Aburizal Bakrie juga rajin mengikuti Kejurnas Tenis Yunior Malang.
Alumni lainnya adalah pengamat politik Rizal Malarangeng dan Rildo Ananda Anwar yang kini menjabat sebagai Inspektur Jenderal di Kementerian Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat.
Sayangnya, seiring dengan merebaknya berbagai macam turnamen yunior di tanah air, pamor Kejurnas Tenis Yunior di Malang justru malah meredup. Kejuaraan yang pernah disebut sebagai arena grand slam Indonesia itu pun akhirnya harus tutup layar, 1985.
Bermula dari sekadar omong-omong antar alumni di lapangan tenis, tercetuslah gagasan untuk mengumpulkan kembali rekan seangkatan ajang tersebut.
Kegiatan itu berwujud napak tilas ke arena laga, Reuni dan Temu Kangen Petenis Kejurnas Tenis Yunior 1954-1984 di Malang, Jawa Timur, 4-6 Desember 2015.
“Ajang temu kangen dan untuk mengumpulkan kembali tulang yang telah terserak di mana-mana,” tutur pemrakarsa kegiatan, Rildo Ananda Anwar ketika press-conference di Jakarta, Kamis (29/10).
Namun, pria berkacamata yang pernah mengecap gelar juara Kejurnas Tenis Yunior di Malang era 1970an ini pun tak menampik bahwa reuni ini tak lepas dari keprihatinan atas terpuruknya prestasi tenis Indonesia.
“Ya, sebagai bagian dari komunitas tenis Indonesia, kami ingin urun rembug mencari jalan mengatasi masalah ini,” lanjutnya.
“Bagaimana langkah konkretnya? Ya, biar nanti muncul dari diskusi di sela ajang reuni di Malang, 4-6 Desember mendatang. Dan semoga ini menjadi energi positif bagi kemajuan tenis Indonesia. Kami juga mengundang Ketua Umum PP Pelti saat ini dalam acara tersebut,” pungkasnya.
Reuni dan Temu Kangen Petenis Kejurnas Tenis Malang, 1954-1985 akan berlangsung di Malang, 4-6 Desember 2015.
Sejumlah agenda akan mengisi event tersebut antara lain napak tilas ke arena pertandingan di Jalan Tenes, Malang serta diskusi bersama Ketua Umum PP Pelti, Wibowo Suseno Wirjawan dan tokoh tenis Jawa Timur, Widjojo Sujono.
Sebagian besar peserta akan berangkat bersama menggunakan angkutan kereta api wisata dari Jakarta.