News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Olimpiade Rio de Janeiro 2016

Meski Dianggap Gila, Sprinter Palestina Ini Ingin Menangkan Medali untuk Rakyatnya

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mohammed Khatib, sprinter Palestina dalam video yang diunggah ke Youtube untuk menggalang dana

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reza Gunadha

TRIBUNNEWS.COM, RAMALLAH – Palestina kekinian tetap menjadi negara miskin yang porak-poranda akibat invasi Israel, meski banyak negara lain sudah mengakui eksistensinya.

Berbagai infrastuktur fasilitas umum untuk kemajuan masyarakat, sulit dibangun lantaran kerap diterjang bom tentara Israel.

Secara umum, kondisi tersebut menyebabkan Palestina sulit memajukan bidang olahraganya.

Namun, seperti dilansir laman berita TheNational.ae, Senin (11/1/2016), situasi itu tidak lantas memadamkan semangat sprinter Palestina, Mohammed Khatib.

Bahkan, Khatib tetap  berupaya mewujudkan cita-cita terbesarnya pada Olimpiade 2016: memberikan medali untuk kali pertama kepada Palestina.

“Aku akan keras berusaha mengikuti olimpiade di Brasil tahun ini. Aku ke sana untuk satu tujuan, memenangkan medali! Ini untuk rakyat Palestina, dan menunjukkan kepada dunia bahwa Palestina adalah negara berdaulat,” tegas Khatib yang berusia 25 tahun itu.

Lari di Jalan Aspal

Ia menuturkan, berbagai persiapan terus dilakukan meski tak memiliki infrastuktur olahraga yang memadai.

Khatib mengungkapkan, ia harus berlatih lari cabang 100 meter bukan di lintasan lari.

Mohhamed Khatib tengah berlatih lari di jalanan beraspal di Ramallah, Palestina.

“Kami tak memiliki lintasan lari. Itu sungguh tak mungkin di bawah penjajahan Israel. Karenanya, aku berlatih lari di jalan beraspal, meski rentan mencederai,” tuturnya.

 Khatib mengakui, cita-cita untuk mempersembahkan medali pertama olimpiade kepada Palestina bermula pada tahun 2013.

Kala itu, seorang Palestina bernama Gazan Mohhamed Assaf sukses memenangi Arab Idol, kontes pencarian bakat terpopuler di jazirah Arab.

“Terinspirasi Assaf, saya lantas bermimpi untuk memenangkan kontes global, yakni olimpiade. Banyak orang yang bilang saya gila karena bercita-cita seperti itu. Tapi saya tak peduli,” tutur sarjana ilmu sosiologi ini.

Rintangan ke Brasil

Jalan yang harus diretas Khatib agar bisa tampil di Olimpiade Brasil tidaklah mudah.

Khatib, belum pernah mengikuti kompetisi lari tingkat internasional. Konsekuensinya, ia harus menciptakan rekor lari 100 meter agar bisa memenuhi syarat keikutsertaan lomba lari global.

Tentunya, rekor tersebut sulit diwujudkan karena selain tak memiliki lintasan lari, Khatib terpaksa berlari di jalan beraspal dan di bawah terik matahari yang kerap di atas 90 derajat celcius.

Kalau cara itu tak bisa dilakukan, Khatib bisa berharap pada ketentuan wildcard dari komite olimpiade.

Kebijakan wildcard memungkinkan komite olimpiade memberikan satu slot kepesertaan yang kosong kepada sprinter dari negara yang tak memiliki wakil dari jalur mencetak rekor.

Sebagai catatan, pada Olimpiade London 2012, dari lima atlet Palestina yang berpartisipasi, empat di antaranya terdaftar dari jalur wildcard.

Cari Dana Bantuan

Selain masalah latihan, Khatib juga mengakui terkendala dana untuk pergi ke Brasil.

Khatib tak putus harapan. Ia bersama rekan-rekannya berupaya mengumpulkan dana sumbangan melalui internet.

“Hanya dalam waktu tiga hari, kami berhasil mengumpulkan 13 ribu Dollar AS,” tegasnya.

“Aku bertekad, bagaimana pun caranya, akan pergi ke olimpiade. Aku akan kibarkan tinggi-tinggi bendera Palestina di hadapan bangsa-bangsa lain, agar mereka tahu, kami setara dengan mereka!”

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini