TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur High Performance PB PASI, Paulus Lay angkat bicara soal fasilitas latihan bagi peraih emas Asian Games Incheon 2014, Maria Londa yang telah meraih tiket ke Olimpiade Rio de Jeneiro 2016.
Bahkan, dia membantah Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima) tidak memperhatikan masalah peralatan bagi atlet loncat jauh yang dipersiapkan ke Olimpiade Rio de Jeneiro 2016.
"Sejak 9 Desember lalu, pak Ahmad Soetjipto sudah meminta PB PASI mengajukan anggaran untuk pembelian track sintetis tetapi Bidang Sarana dan Prasarana PB PASI masih membuatnya sehingga belum diproses. Mudah-mudahan dalam waktu dekat sudah bisa diajukan," kata Paulus Lay di Jakarta, kemarin, menanggapi pernyataan Chief de Mission Olimpiade Rio de Jeneiro 2016, Rajasapta Oktohari yang menyebut tempat latihan Maria Londo memprihatinkan.
Maria Londa menjalani latihan di Bali di bawah asuhan pelatih I Ktut Pageh. Dia merupakan satu-satunya atlet dari cabang atletik yang telah memastikan tiket ke pesta olahraga akbar empat tahunan dunia itu.
Menurut Paulus Lay, proses penyediaan fasilitas latihan track sintetis yang diinginkan Maria Londa tidak bisa langsung diberikan karena terkait dengan belum adanya kepastian lahan.
"Memang ada tawaran dari pihak pengelola lapangan Golf di Jimbaran Bali kepada PB PASI untuk membangun track sitentis, tetapi kita kan tidak bisa langsung menerimanya begitu saja. Ada persyaratannya yang harus dipenuhi yakni ada kesepakatan (MoU) kedua belah pihak apalagi lahan itu milik pribadi," jelasnya.
Selain di lapangan golf Jimbaran, kata Paulus, enam bulan lalu pihak PB PASI juga sudah melayangkan surat kepada PASI Bali menyediakan lahan mengingat adanya rencana membangun empat track dengan satu tempat pendaratan lompat jauh. Tujuannya, tiga track lintasan sintetis lainnya bisa dijadikan tempat latihan atlet lain.
"Kita minta PASI Provinsi Bali mengupayakan lahan lewat KONI Provinsi Bali agar bukan hanya Maria Londa yang bisa menjalani latihan tetapi atlet lainnya juga bisa memanfaatkannya. Itu kan jauh lebih baik," jelasnya.
Sebelumnya, Rajasapta Oktohari yang akrab dipanggil Okto menyatakan keprihatinannya dan menawarkan beberapa alternatif untuk membantu Maria.
“Saya merasa miris melihat kondisi seperti ini. Seorang juara Asian Games tidak mempunyai tempat latihan yang layak. Ini memang bukan area kerja CDM, tapi kami akan berusaha membantu semaksimal mungkin,” kata Okto.
Maria menjadi penyelamat Indonesia pada Asian Games 2014 di Incheon, Korea Selatan, dengan merebut medali emas dengan lompat 6,55 meter. Ia melanjutkan torehan emasnya di SEA Games setahun kemudian saat melakukan lompatan sejauh 6,70 meter dan memenuhi limit Olimpiade.
Sebelum berlaga di Olimpiade 2016, Maria akan menjalani satu tryout pada bulan Juni.
Tes Lapangan
Sementara itu Senin (25/1) bertempat di Stadion Madya GBK ,dilangsungkan field test (tes lapangan) bagi atlit cabor yang diproyeksikan ke olimpiade Rio 2016. “ ini merupakan tes lanjutan bagi atlit yang diproyeksikan ke olimpiade “ kata Manajer Strength and conditioning Kelana Sukma disela – sela tes lapangan di Stadion Madya Senin (25/1)
Dikatakan setelah melalui tahapan tes yang telah dilakukan selanjutnya akan dikompilasi disatukan untuk dibahas dengan pelatih dari masing masing cabang olahraga.
Tes lapangan tidak berbeda dengan materi tes yang dilakukan sebelumnya meliputi kecepatan,kelincahan.daya tahan.keseimbangan dan kelenturan.Pada Sesi Tes Lapangan Senin diikutik Cabang olahraga Voli Pantai Renang ,Atletik,Angkat Besi dan Taekwondo.