TRIBUNNEWS, COM, JAKARTA - Pacuan kuda di Indonesia, kedepannya, diharapkan bisa benar-benar terbebas dari dugaan pemakaian obat-obatan perangsang kekuatan.
Untuk itu, diperlukan pemahaman yang benar terkait obat-obatan yang dapat dimanfaatkan untuk kuda. Khususnya obat-obatan yang tidak mengandung doping.
Sehubungan dengan itu, Pengurus Pusat Pordasi merasa wajib untuk melakukan sosialisasi mengenai pemenuhan medis yang benar untuk kuda-kuda pacu.
Bersamaan dengan gelaran Jateng Derby, sosialisasi itu sudah dimulai. Pada Jumat (29/1) ini, dua hari menjelang pacuan Jateng Derby yang digelar di arena Tegal Waton, Salatiga, Komisi Pacuan PP Pordasi menggelar sosialisasi Program Anti-Doping.
Acara Sosialisasi Program Anti-Doping ini dilakukan Jumat (29/1) sore, di Joglo Eclipse Stable, Tegal Waton, Salatiga, bagian dari area "pemukiman" Eclipse Stable yang dimiliki oleh keluarga Ir. Iman Hartono.
Sosialisasi Program Anti Doping ini secara khusus digagas oleh Komisi Pacuan PP Pordasi, yang diketuai oleh Ir.H.Munawir, yang juga Waketum I PP Pordasi bidang pacuan sekaligus ketua pengprov Pordasi Jateng.
Bertindak sebagai narasumber pada sosialisasi program anti-doping ini adalah Drh.Amrozi, dengan spesialis kuda.
"Kalau ahli atau pakarnya yang bicara kan mereka lebih faham," kata Munawir.
Harapannya, seluruh pemilik stable, pemilik kuda, serta para pelatih dan joki dapat mengikuti acara ini.
Menurut Munawir, selama ini PP Pordasi sebenarnya sudah sering mewanti-wanti agar para pemilik klub, pemilik kuda serta para pelatih dan joki tidak secara sembarangan memberikan obat-obatan/vitamin kepada kuda-kudanya.
PP Pordasi sendiri sudah lama menerbitkan standarisasi tentang obat-obatan atau vitamin yang layak untuk dikonsumsi kuda.
Program sosialisasi anti doping ini penting agar pada saat pentas pacuan PON XIX/2016 mendatang tidak ada lagi protes mengenai kemungkinan adanya kuda yang diduga menggunakan doping. tb