TRIBUNNEWS, COM, JAKARTA - Sikap tegas ditunjukkan Pengurus Provinsi Persatuan Gulat Seluruh Indonesia (Pengprov PGSI) DKI Jaya yang diketuai oleh Steven Setiabudi Musa, anggota Komisi E DPRD DKI Jaya.
Satu dari duabelas pegulat DKI Jaya yang dipersiapkan dalam pelatda untuk menghadapi PON XIX/2016, Sepetember mendatang, dikeluarkan dari proses pembinana karena indisipliner.
Pegulat yang dikeluarkan dari pelatda PON XIX/2016 DKI Jaya ini adalah Surya Purnama Adjie, kelahiran Kalimantan Timur.
"Dari laporan manajer tim, Surya Purnama Adjie ini sudah tidak menjalani latihan dari Januari lalu sampai sekarang ini. Jadi sudah hampir enam bulan tidak menjalani latihan. Dari sisi apa pun kondisi seperti ini tidak bisa dipertahankan. Jangankan enam bulan, sebulan tidak latihan saja, untuk latihan fisik dan teknis harus dimukai dari nol lagi, bagaimana sampai enam bulan," ungkap Steven Setiabudi Musa.
Dari laporan manajer tim gulat DKI Jaya ke PON XIX itu, Steven sebenarnya memperoleh alasan terkait absennya Surya Purnama Adji dalam pelatda itu.
"Katanya, dia bisa latihan intensif di daerahnya tanpa harus ke Jakarta," ujar Steven.
Surya Purnama Adjie bersikeras tetap latihan di daerahnya dengan ditangani langsung oleh ayahnya yang mantan pegulat nasional era 1980-an, Suryadi.
"Manajer tim dan para pelatih tetap menginginkan Surya berlatih di Jakarta, bergabung bersama pegulat pelatda lainnya. Tetapi, permintaan ini tidak diindahkan. Kami tentu harus menegakkan disiplin. Yang menentukan itu pelatih, bukan atlet. Semua haris mengikuti aturan, tidak ada kekecualian," ungkap Steven, yang Senin (13/6) lalu mengunjungi pelatda gulat DKI Jaya di Ragunan, Jakarta Selatan.
Menurut keterangan manajer tim gulat PON XIX DKI Jaya, Paruntungan Sianturi, betapa pun Surya Purnama Adjie potensial, akan tetapi aturan harus tetap ditegakkan.
"Ini menjadi pelajaran bagi atlet lainnya," tegas guru olahraga di salah satu SMA 58 Jakarta Timur itu.
Steven Setiabudi Musa menjelaskan, Pengprov PGSI DKI Jakarta, tidak akan pernah kompromi dengan atlet yang tidak disiplin. Apalagi bukti ketidakdisiplinan itu menyangkut mangkir dari latihan sampai dengan enam bulan.
"Mestinya sudah lama dicoret, tetapi kita masih memberi pertimbangan pertimbangan lain terhadapnya. Tetapi sekarang batas-batas itu sudah habis. Tidak ada toleransi lagi," papar Steven.
Mantan wartawan olahraga "Suara Pembaruan" ini juga mengatakan, penerapan sanksi atas ketidakdisiplinan ini tidak hanya terhadap pegulat yang absen atau mangkir lama dari pelatda saja, akan diterapkan juga untuk tindakan tidakan indiaipliner dalam soal-soal yang lainnya.
Dia memberi contoh, sebagian besar dari pegulat pelatda berat badannya masih lebih dari berat ideal di kelasnya. Ini tidak boleh dibiarkan juga.
Ini termasuk tidak disiplin dalam hal konsumsi makanan dan lalai dalam menjalani diet. Ini termasuk tindakan indisipliner.
"Anda tahu, di pundak mereka ini diletakkan tanggungjawab yang sangat berat. Tanggungjawab menyangkut harkat dan martabat DKI di mata provinsi lain di Indonesia, dan di mata nasional. Jadi soal disiplin berat badan ini memang tidak bisa buat main-main," tuturnya.
Di samping itu, katanya, masih berkaitan dengan disiplin tadi, ia mengatakan, para pegulat ini harus mempertanggungjawabkan uang yang mereka pakai untuk berlatih.
"Itu uang rakyat. Mereka harus mempertanggungjawabkannya dengan berlatih dengan baik supaya bisa juara. Jadi berlatih dengan giat adalah wujud pertanggungjawaban uang yang diberikan oleh rakyat kepada mereka," katanya.
Mengenai penggantinya, kata Sianturi, sudah disiapkan yang lain. Tentang siapa yang akan menggantikannya hingga saat ini Sianturi masih merahasiakannya. Hanya yang jelas, prestasi dari penggantinya ini termasuk cukup baik.
Terakhir penggantinya ini sudah kalah-menang dengan Surya. Jadi pengganti susah siap, tinggal namanya saja yang belum diumumkan. tb