Laporan Wartawan Tribunnews.com, Y Gustaman
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tak ada keriuhan di rumah Muhammad Husni Muzaitun di Desa Kalianda, Kecamatan Sumpiuh, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Rabu (17/8/2016) malam.
Hanya beberapa orang saja di depan televisi, di antaranya Husni, istrinya, Masruroh, dua anak dan satu keponakan Tontowi. Mereka menyaksikan pebulutangkis Indonesia, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir di final nomor ganda campuran melawan pasangan Malaysia, Chan Peng Soon/Goh Liu Ying.
Bagi keluarga Husni, Tontowi adalah putra kebanggaan yang meneruskan darahnya dalam olahraga tepok bulu. Ia adalah buah hasil gemblengannya sejak dini.
SUJUD SYUKUR - Orangtua Tontowi Ahmad, Muhammad Husni Muzaitun dan Masruroh saat ditemui di rumah mereka di Desa Kalianda, Kecamatan Sumpiuh, Banyumas, Jawa Tengah. SATELIT POST/ANANG FIRMANSYAH
Tak lama berselang, keriuhan pecah di rumah Husni, Kamis (18/8/2016) dini hari. Ucapan syukur dan keharuan hadir di sana, setelah pebulutangkis yang akrab disapa Owi/Butet menang dua set langsung dan memastikan Indonesia meraih emas di Olimpiade Rio 2016.
Husni bercerita malam itu di rumahnya itu tak menggelar nonton bareng laga final. Sementara warga memilih nobar di Balai Desa Kalianda.
"Malam itu saya enggak pakai nobar. Pas 2012 saya diwawancarai wartawan sebelum Owi tanding. Saya cerita banyak, selang beberapa jam Owi kalah. Ini bukan takhayul. Tapi saya ambil pelajaran dari situ, enggak mau ria. Makanya kemarin enggak ada nobar, enggak ada wawancara sebelum pertandingan," cerita Husni kepada Tribunnews.com, Jumat (19/8/2016).
Setelah pertandingan Husni mempersilakan siapa pun mewancarainya, bahkan memberikan tempat kepada mereka yang ingin menginap karena sudah dini hari.
Di malam kemenangan warga banyak berdatangan ke rumahnya. Camat, kepala desa, mendatangi rumah Husni mengucapkan selamat untuk kesuksesan Owi/Butet.
Saat dihubungi Tribunnews.com dari Jakarta, Husni baru saja tiba dari Purwokerto untuk satu urusan. Sore ini rencananya Kapolres Banyumas mau ke rumah Owi, mengucapkan selamat.
HORMAT BENDERA - Muhammad Husni Muzaitun dan Masruroh bersama anaknya (tak terlihat), keponakan Tontowi, hormat ketika lagu Indonesia Raya berkumandang, setelah pasangan Tontowi/Liliayana mendapat emas di cabang bulutangkis nomor ganda campuran Olimpiade Rio 2016, di rumahnya, Desa Kalianda, Kecamatan Sumpiuh, Banyumas, Jawa Tengah, Kamis (18/8/2016) dini hari. SATELIT POST/ANANG FIRMANSYAH
Darah Gontor
Ada pepatah mengatakan, buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Owi menjadi pebulutangkis andalan Indonesia seperti sekarang berkat gemblengan keras ayahnya, Husni.
Sewaktu menjadi santri di Pondok Modern Gontor, Ponorogo, Husni dikenal jagonya bulutangkis.Setiap kali memegang raket, tak ada yang berani melawannya.
"Dulu sewaktu di Gontor, enggak ada yang berani melawan nomor satu. Maaf, ini bukan takabur," Ahmad mengenang peristiwa di Gontor sambil tertawa.
Setelah Owi/Butet menang, teman-temannya di Gontor angkatan 75 memberi ucapan selamat kepada Husni. Sebelum pertandingan, muncul ajakan menonton Owi.
"Banyak orang Gontor memberikan selamat, dari Jakarta memberi selamat. Alumni di grup WhatsApp 75 banyak sekali memberi selamat. Muncul ajakan ayo para Gontoriyun mendukung Owi, meski bukan alumnus Gontor. Tapi ayahnya alumnus Gontor," beber Husni.
HORMAT BENDERA - Muhammad Husni Muzaitun dan Masruroh bersama anaknya (tak terlihat), keponakan Tontowi, hormat ketika lagu Indonesia Raya berkumandang, setelah pasangan Tontowi/Liliayana mendapat emas di cabang bulutangkis nomor ganda campuran Olimpiade Rio 2016, di rumahnya, Desa Kalianda, Kecamatan Sumpiuh, Banyumas, Jawa Tengah, Kamis (18/8/2016) dini hari. SATELIT POST/ANANG FIRMANSYAH
Satu di antara yang memberikan selamat kepada Husni adalah Imam Budiono Sahal, adik Kiai Hasan Abdullah Sahal, pimpinan Pondok Modern Gontor.
Zakat Bonus
Satu hal yang selalu Husni tanamkan kepada Owi adalah tak lupa untuk bersedekah, termasuk apa yang selama ini ia terima dari hasil keringatnya bertanding di lapangan bulutangkis.
Kementerian Pemuda dan Olahraga menjanjikan bonus Rp 5 miliar dan tunjangan hari tua kepada Owi/Butet setelah mendapat emas. Husni memastikan Owi untuk menzakatkan 2,5 persen dari bonus yang ia terima.
"Setiap bonus mesti dia sisihkan untuk zakat 2,5 persen. Setiap punya hasil dari pertandingan, bonus harus dikeluarkan untuk sedekah, kasih ke anak yatim piatu. Alhamdulillah saya sudah ajarkan ini sejak Owi muda," kata Husni.
Selain sedekah, Owi punya kebiasaan menghubungi orangtuanya jelang pertandingan apa pun, termasuk kemarin sebelum melakoni laga final. Bisa menelepon langsung atau cukup mengirimkan pesan.
"Alhamdulillah syukur kepada Allah bisa menang," kata Owi saat menelpon Ahmad Husni beberapa saat sebelum naik ke podium kehormatan untuk menerima medali emas.