Laporan Wartawan Tribunnews.com, Y Gustaman
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tumben-tumbenan Muhamad Husni Muziatun duduk berlama-lama di depan televisi di rumahnya, Sumpiuh, Banyumas, Rabu (17/8/2016), menyaksikan putranya, Tontowi Ahmad.
Pasangan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir malam itu di final menghempaskan pasangan Malaysia, Chan Peng Soon/Goh Liu Yin, disikatnya dua set langsung 21-14 dan 21-12 di Olimpiade Rio de Janeiro, Brasil.
"Biasanya saya enggak pernah melihat. Saya enggak tegelan, tegaan. Yang lihat hanya istri, sama anak. Saya keluar hanya berdoa, baca ayat Kursi, biasanya di masjid, di mana saja. Pokoknya mengasingkan diri, menjauh," cerita Husni saat ditemui Tribunnews.com di rumah Tontowi, Grand Melati Residence, Jatiwarna, Bekasi, Jawa Barat, Senin (22/8/2016) malam.
Di semifinal, Husni dari awal sampai akhir menyaksikan Tontowi/Liliyana menyikat ganda campuran peringkat satu dunia asal Tiongkok, Zhang Nan/Zao Yunlei dua set langsung 21-16 dan 21-15.
"Semifinal dan finalnya saya bertahan untuk menonton. Galib awa maglub (kalah atau menang) sudah biasa. Alhamdulillah. Baru itu saya menonton. Di Senayan saya menunduk saja, sampai membaca Yasin," Husni mengenang.
Di laga semifinal Husni konsentrasi penuh menonton dari awal sampai akhir pertandingan. Biasanya ia lihat hanya sepotong, lalu pergi jika Tontowi/Liliyana sudah mau kalah atau tertinggal poin cukup jauh dari Nan/Yunlei.
Husni hafal, selama ini Tontowi/Liliyana selalu menang di set pertama ketika meladeni Nan/Yunlei. Giliran di set kedua, kalah dan akhirnya pasangan Tiongkok yang menang, seperti di Indonesia Open.
"Semifinal kemarin begitu set pertama menang. Alhamdulillah di set kedua menang. Kelihatannya sudah mau menang ya sudah saya lanjutkan. Kalau set keduanya kalah, insya Allah kalah juga. Soalnya penentuan di set kedua," beber alumnus Pondok Modern Gontor tahun 75 ini.
Mental Kendur
Melihat anak sendiri bertanding dan menang emas cabang bulutangkis di Olimpiade Rio de Janeiro 2016 menjadi kebanggaan Husni sebagai ayah Tontowi atau Owi.
Ia memaklumi kekurangan pasangan Tontowi/Liliyana di dua laga terakhir sebelum naik podium. Faktor kekalaham mereka selama ini dari pasangan Tiongkok hanya di mental.
"Owi sama Zang Nan itu hanya kalah mental saja. Sebenarnya, materi lebih bagus Owi baik pukulan atau taktisnya. Lihat sendiri Zang Nan jatuh-jatuh, Owi enggak. Berarti penempatan bola Owi taktis, tinggal mentalnya saja," seru Husni.
Selama mental Tontowi/Liliyana stabil, semua lawan bisa dihadapi. Di set pertama Husni melihat mental Owi biasa dan tak terganggu. Kondisi ini terus bertahan di set kedua, dan akhirnya Tontowi/Liliyana juara.
"Semifinal itu final sesungguhnya. Pas nonton final ya berdebar juga tapi ya enggak begitu terlalu. Semifinal menang, insya Allah finalnya juga menang," kata Husni.
Sepanjang karier profesionalnya, Owi sudah meraih 20 gelar juara di level internasional, delapan di antaranya diraih di turnamen tingkat Super Series, tiga gelar di All England dan India Open.