TRIBUNNEWS.COM, MONZA - Balapan GP2 seri Eropa berakhir di sirkuit Monza Italia hari Minggu (4/9). Musim ini, masih ada dua seri tersisa di kawasan Asia, yakni di Sirkuit Sepang Malaysia dan Yas Marina, Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.
Pebalap muda Indonesia Muhammad Sean Gelael mengaku banyak belajar dari seri Eropa dan bertekad tampil lebih bagus di Sepang dan Yas Marina sebelum mengakhiri musim ini.
“Tentu saya banyak belajar baik dari kegagalan-kegagalan saya maupun kesuksesan saya mendapatkan poin dan naik podium. Ajang GP2 memang tidak mudah, persaingan sangat kompetitif. Setiap tim punya kelebihan dan kekurangan. Faktor balapan tidak hanya ditentukan keandalan mobil dan pebalap, tetapi juga faktor keberuntungan,” ungkap Sean, pebalap tim Pertamina Campos Racing yang didukung Jagonya Ayam KFC Indonesia di Monza, Senin (5/8).
Sean menuturkan, selama seri Eropa (Spanyol, Monako, Azerbaijan, Austria, Inggris, Hongaria, Jerman, Belgia dan Italia), dia mendapatkan tantangan yang berbeda-beda dengan atmosfer persaingan yang ketat. Semua ini menurutnya memberi pengalaman yang luar biasa pada balapan musim penuh pertamanya di GP2.
Dikatakan, tim harus siap segalanya untuk tampil bagus dan juara. Kondisi mobil yang siap pakai tergantung dari setingan mulai dari mesin, aerodinamika, sasis, rem maupun ban. Pebalap juga harus siap baik secara fisik, mental sampai pada pengenalan karakter sirkuit.
Faktor cuaca juga bisa ikut menentukan. Terakhir keberuntungan yang juga selalu diharapkan pebalap dalam setiap lomba.
Untuk setingan mobil, kata Sean, timnya masih belum menemukan setingan yang ideal selama seri Eropa. Kadang tim mendapatkan setingan yang bagus dan mobil cukup kompetitif, seperti saat tampil di Baku City Azerbaijan dan RedBull Ring, Austria. Namun, tak jarang pula, setingan mobil juga kurang pas, sehingga agak kedodoran saat balapan.
Hal ini pula, menurut Sean, yang membuat dia bersama rekan setimnya Mitch Evans tidak bisa tampil selalu konsisten di setiap balapan.
Bahkan, Evans yang lebih berpengalaman dan diandalkan pun masih sulit untuk bisa menembus posisi sepuluh besar dalam babak kualifikasi.
“Pada balapan di Monza sebenarnya setingan mobil sudah cukup bagus. Namun, balapan tetap tidak mudah dan kita kurang beruntung juga. Saya sempat stall di balapan pertama dan semakin sulit setelah ada insiden dan komunikasi radio saya bermasalah. Di balapan kedua, saya sudah berupaya keras menembus sepuluh besar. Namun, ternyata tidak mudah juga karena jarak dengan pebalap lain sudah agak melebar,” jelas Sean yang musim ini hanya ditargetkan finis di posisi ke-15 pada setiap balapan.
Meski menghadapi banyak tantangan, Sean mengaku masih punya motivasi serta semangat yang kuat untuk balapan. Keberhasilan dia meraih poin di Baku City (finis ketujuh) dan podium kedua di Red Bull Ring, membuat dia kian tertantang untuk membalap lebih baik dan konsisten.
“Saya ingin menyelesaikan musim ini dengan hasil yang positif. Dua seri di Asia akan kami coba manfaatkan secara maksimal. Kondisi cuaca dan kelembaban udara akan menjadi kendala utama bagi pebalap. Buat saya ini kesempatan untuk tampil lebih bagus, terutama di Sepang,” kata Sean.
Hal senada diungkapkan Evans. Dia juga bertekad untuk kembali mendulang poin untuk mengangkat posisinya di klasemen pebalap.
Evans yang musim lalu di posisi 5 besar bersama tim Russian Time, saat ini masih berada di peringkat 11 dengan raihan 81 poin. Peluang Evans untuk masuk lima besar masih terbuka lebar karena selisih dengan pebalap lain juga tidak terlalu jauh.
“Dua seri di Asia harus bisa kami manfaatkan dengan baik. Saya sangat kecewa dengan balapan kedua di Monza, dimana seharusnya saya bisa mendapatkan poin,” kata Evans.