TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Sejak sekolah dasar (SD) atlet loncat indah Jawa Timur, Husaini Noor (39) sudah berlatih loncat indah.
Rumah pria kelahiran Kalimantan Selatan ini berada dekat dengan kolam renang.
Saat itu rumahnya di Kalimantan Selatan. Hasrat untuk mengarungi kolam pun mulai muncul. Sejak saat itu, Husaini giat berlatih hingga akhirnya ia bisa mengikuti PON pertamanya di PON X Jakarta 1985.
Namun siapa sangka, ia bisa mengikuti PON hingga PON ke-19 di Jawa Barat kali ini. Ia pun menjadi atlet tertua di PON XIX Jabar 2016.
“Tak ada batasan usia olah raga ini,” ujarnya, Rabu (21/9/2016).
Meskipun menyadari dirinya paling tua, tapi Husaini tidak mau minder menghadapi atlet-atlet muda.
Saat bertanding di nomor papan 1 meter loncat indah, Husaini menunjukkan ketangkasannya.
Gerakan saltonya begitu indah. Posisi mendarat di air pun mulus.
Sorak-sorai penonton terdengar. Tidak hanya dari Jawa Timur, penonton dari lain provinsi pun ikut memberi tepuk tangan.
Husaini sudah meraih 30an medali emas selama sembilan kali keikutsertaannya di PON. Di hari pertamanya di PON XIX Jabar 2016, Husaini meraih medali perak.
“Ini memang bukan kelas saya. Kelas saya besok Jumat yang 3 meter,” katanya.
Ayah dari empat orang anak ini sudah merencanakan menjadi pelatih loncat indah ke depannya. Apakah masih ikut PON selanjutnya, Husaini masih mempertimbangkannya.
“Lihat sikon dulu,” katanya saat ditemui setelah penyerahan medali.
Husaini sebenarnya lahir dan besar di Kalimantan Selatan. Bahkan ia pernah empat kali mewakili Kalimantan Selatan di ajang PON.
Pada 1997, Husaini pindah dan menetap di Surabaya, Jawa Timur.
Mengikuti PON sebanyak sembilan kali memang bukan perkara materi bagi Husaini.
Baginya, adalah sebuah panggilan jiwa sebagai peloncat indah.
Tidak hanya di PON, Husaini juga kerap mewakili Indonesia di ajang internasional. Pada April lalu, Husaini justru berhasil meraih emas di ajang Singapore Open.
Makannya ia sempat heran, ketika di Singapura berhasil meraih emas menghadapi lawan dari negara lain, di PON XIX Jabar 2016 nomor 1 meter ia justru mendapat perak.
“Tapi saya legowo...,” paparnya kepada Surya (TRIBUNnews.com Network).(Benni Indo/Surya)