TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Cabang olahraga (cabor) sepaturoda Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX/2016 Jawa Barat (Jabar), kembali menuai protes dari peserta dan penonton.
Sebelumnya, pada hari perdana lalu panitia dikecam karena tidak menggunakan timer automatic untuk penilaian catatan waktunya, kini panitia pelaksana (panpel) malah membuat keputusan aneh.
Diketahui ada juara bersama yang meraih medali emas. Parahnya, kejadian terjadi di dua nomor lomba 1.000 meter ITT putra dan putri.
Pertama terjadi di nomor 1.000 meter Individual Time Trial (ITT) putri, medali emas menjadi milik Denta Iswara Kiranasari (Jateng) dan Raysha Dharmatra (Papua) dengan catatan waktu sama 00.01.34.644 detik.
Begitu juga di 1.000 metet ITT putra, atlet DKI Syah Arya Fikri Prasetye juga berbagi medali emas dengan Aldy Raharja atlet tuan rumah Jabar dengan waktu 00.01.28.096 detik.
"Kalau lah hasil itu berdasarkan timer automatic kami pasti memaklumi, itu pun kecil kemungkinannya. Tapi ini kan tidak, panpel menghitung waktu pakai manual, kan aneh bin ajaib," kecam Sekum Pengprov Porserosi Sumut Bagindo Alfisyahrin, Sabtu (24/9) di GOR Saparua Bandung.
Menurut Bagindo, Sumut bersama daerah lain sudah memprotes keputusa itu dengan mendatangi Ketua Panpel Cabor Sepatu roda Drs Erry Sudrajat. Namun respon dari Erry malah tidak mau tahu soal itu.
"Saya bilang, panpel sepaturoda sinting. Terjadi sinetron di tubuh sepaturoda ini," katanya.
Bahkan, sambung Bagindo, hal ini sudah dicurigai pada manager meeting 20 Agustus lalu, di mana Manager Papua Jefri, meminta medali emas agar sepatu roda dapat dipertandingkan di PON 2020.
"Saat itu ketua panpel tidak menjamin jika hal itu terjadi karena alat ukur waktu menggunakan digital dan ditayangkan di lintasan, jika ada permainan akan ketahuan peserta dan penonton. Ternyata ini benar-benar terjadi hingga merusak sportifitas dan citra sepaturoda," keluhnya.
Bagindo juga membeberkan, Ketua PB PON hingga Menpora Imam Nahrawi malah menyarankan agar tidak membesar-besarkan masalah di PON ini menyusul kericuhan yang disinyalir banyaknya kecurangan.
Sementara, pelatih sepatu roda Sumut Yasir Gumanti juga heran adanya hasil waktu sama di arena olahraga terukur seperti sepatu roda.
"Saya sejak tahun1990 sudah menjadi atlet sepatu roda, tapi belum pernah ada terjadi yang seperti ini. Bilapun ada finish sama maka biasanya pemenang akan dilihat dari foto gambar," katanya heran.
Sementara Ketua Panpel Cabor Sepaturoda Drs Erry Sudrajat saat dikonfirmasi menolak menanggapi hal itu dengan berdalih sibuk mengurusi pertandingan.
"Saya masih sibuk, nanti saja ya Mas," katanya sambil berlalu Sabtu sore. (dyk/tribun medan)