TRIBUNNEWS, COM.JAKARTA - Anindya Novian Bakrie mengemban amanah memimpin kepengurusan Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI) dalam masa yang sulit, yakni ditengah kemerosotan prestasi perenang nasional di persaingan regional atau mancanegara.
Tak mengherankan jika Ketua Umum PB PRSI 2016-2010 tersebut mengharapkan dukungan dari seluruh stakeholders, para pelaku dan pemangku kepentingan renang nasional.
"Terus terang saja tanpa dukungan dari seluruh stakeholders renang ini siapapun tidak akan mampu memimpin PB PRSI," ungkap Anindya Novian Bakrie dalam sambutan resminya setelah resmi ditetapkan sebagai Ketua Umum PB PRSI 2016-2020 secara aklamasi di akhir Munas PRSI 2016, Sabtu (1/10) malam di Hotel Four Points, Menara Topaz, kawasan Thamrin, Jakarta Pusat.
Sempat mendapatkan "perlawanan" dari Ketua Pengprov PRSI Riau Syamsurizal yang juga menyatakan kesiapannya untuk menjadi ketua umum PB PRSI 2016-2020, Anindya Bakrie melenggang sendirian atau menjadi calon tunggal setelah Syamsurizal yang juga Ketua Umum PB Persetasi (sepak takraw) itu secara legowo mengundurkan diri sebagai kandidat ketua umum dan memberikan dukungan penuh kepada putra sulung mantan Wakil Ketua Umum dan Ketua Bidang Dana PB PBSI Aburizal Bakrie itu untuk memimpin PB PRSI.
Sikap Syamsurizal ini diapresiasi seluruh peserta Munas, tak terkecuali Ketua Umum PB PRSI 2013-2016 Sandiaga Uno. Salah satu calon wakil gubernur pada Pilkada DKI Jaya 15 Februari 2017 itu pun meminta Syamsu Rizal dapat membantu Anindya Bakrie dalam kepengurusan.
Dalam sambutannya setelah ditetapkan secara aklamasi sebagai ketua umum, Anin -sapaan akrabnya- mengungkapkan beberapa program dan targetnya. Program yang jadi andalan Anin adalah pembinaan usia dini.
Ada alasan kuat mengapa pembinaan usia dini menjadi konsentrasi Anin. Ini terkait dengan target jangka panjang Anin.
Pengusaha 41 tahun tersebut memiliki impian untuk mengirimkan atlet di Olimpiade 2020, Tokyo, Jepang. Dengan menggalakkan pembinaan usia dini, Anin berharap banyak atlet akuatik Indonesia yang mampu berlaga di Olimpiade 2020 mendatang.
"Kaderisasi atlet menjadi hal yang penting. Harapannya, Indonesia bisa tampil di Olimpiade. Itu dulu fokusnya. Kalau soal medali, jangan muluk-muluk lah. Yang penting bisa kirim sebanyak-banyaknya atlet tampil di Olimpiade," ungkap Anin, mengulangi kembali pernyataannya kepada media seusai acara pembukaan Munas PRSI, Jumat (30/9) sore.
Terkait target jangka pendek, Anin berharap Indonesia bisa memperbaiki torehan medali emas di SEA Games 2017, Kuala Lumpur.
Seperti diketahui, dalam SEA Games 2015, Singapura, Indonesia hanya mampu meraih satu medali emas dari cabang olahraga akuatik.
Hanya Indra Gunawan yang berhasil menyabet medali emas lewat nomor 50 meter gaya dada.
"Harus lebih baik lagi di SEA Games 2017. Kerja keras dulu yang penting. Jika nantinya terpilih, saya harus duduk bersama dengan semua elemen, membahas berapa sebenarnya jumlah medali yang realistis diraih (di SEA Games 2017). Baru selanjutnya Asian Games 2018, dan Olimpiade 2020," terang Anin.
Munas PRSI 2016 ini diikuti perwakilan 28 Pengprov PRSI, dari total 34 Pengprov PRSI. Di hari pertama Munas, Jumat, digelar dialog terkait prospek renang Indonesia di masa depan dengan pembicara mantan perenang nasional Richard Sam Berra dan Harly Ramayani, mantan peloncat indah nasional.