News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Paralayang Masuk Asian Games 2018 Indonesia

Editor: Toni Bramantoro
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Atlet paralayang dan gantole lepas landas dari bukit Parang Endog saat berlangsung acara Jogja Air Show 2016

TRIBUN NEWS.COM, JAKARTA - Ketua Persatuan Gantolle dan Paralayang Indonesia (PGPI), Djoko Bisowarno, sangat antusias dengan adanya kegiatan Gantolle dan Paralayang menyambut SU ke-110 FAI di Bali.

Djoko ingin generasi muda semakin tertarik olahraga dirgantara, juga agar masyarakat mengembangkan lokasi wisata olahraga udara di tanah air.

“Hampir setiap propinsi di Indonesia punya lokasi untuk terbang. Jika dibina dengan baik, tiap propinsi berpotensi punya atlit nasional. Ekonomi masyarakat lokal juga bisa berkembang jika merawat dan mengelola lokasi terbang yang ada,” ungkap ayah pilot putra nasional Paralayang Hening Paradigma.

Terkait diterimanya cabang Paralayang mengikuti Asian Games 2018 Indonesia (Pekan Olahraga Bangsa-Bangsa Asia/AG ’18), sesuai keputusan Sidang Umum OCA (Dewan Olimpiade Asia) di Danang, Vietnam, 25 September lalu, Djoko menatap masa depan.

Masuknya Paralayang ke Asian Games 2018, diharapkan dapat membuka peluang mengikuti Olimpiade 2024. Karena pada Olimpiade Tokio 2020, Paralayang tersingkir cabang Sepatu Roda dan Selancar (Surfing).

“Bukan tidak mungkin Paralayang ikut Olimpiade, karena sudah berhasil masuk Asian Beach Games, SEA Games dan Asian Games,” tandasnya.

Djoko yang juga pilot Paramotor, ingin negara-negara  Asia Tenggara lainnya seperti Brunei, Kamboja, Laos dan Vietnam semakin terpacu mengembangkan Paralayang, setelah lolos AG ’18. “Jangan hanya berpikir prestasi. Semua negara di Asia punya lokasi terbang indah dan sangat layak untuk wisata olahraga udara,” serunya.

Paralayang melengkapi 8 cabang Non Olimpiade dan 32 cabang Olimpiade yang akan dilombakan di Jakarta dan Palembang, Agustus 2018. Sekitar 13 ribu atlit, pelatih dan pembina dari 45 negara diperkirakan akan hadir.

Mengenai sasaran FASI meraih tiga medali emas dari cabang Paralayang, seperti yang dijanjikan pada Menpora Imam Nahrawi, Djoko yakin di nomor Beregu Putri dan Putra, Indonesia berpeluang besar.

“Tinggal kejar nomor perorangan,” jelasnya.

Mengingat usia para pilot unggulan Indonesia saat ini sudah termasuk tua untuk berkompetisi, Djoko menaruh harapan besar pada Seri Kejuaraan Nasional yang teratur tiap tahun, sebagai ajang melahirkan pilot muda yang tangguh dan siap menggantikan seniornya.

“Dengan tertatur mengikuti Seri Kejurnas dan Seri Piala Dunia Ketepatan Mendarat, mereka akan siap saat Asian Games,” ujarnya.

Bakal lawan kuat yang harus terus dipantau para pilot Indonesia di nomor Lintas Alam Terbatas, adalah; Nepal, Jepang dan Korea. Sedang di nomor Ketepatan Mendarat; Thailand, Jepang, Korea dan Tiongkok.

Kendala utama tetap klasik, yakni dana pembinaan. Karena umumnya para pilot membiayai diri sendiri jika megikuti Seri Piala Dunia Ketepatan Mendarat (PGAWC) di Eropa dan Asia.

“Demi lahirnya industri olahraga yang profesional di Indonesia, sudah seharusnya DPR segera mensahkan UU CSR (Tanggungjawab Sosial Perusahaan) agar semua BUMN menjadi Bapak Asuh bagi satu atau dua cabang olahraga. Kalau itu terealisasi dengan benar, tidak akan ada lagi pembinaan cabang-cabang olahraga yang terhambat masalah keuangan,” seru Djoko. 

Sebagai persiapan jelang AG ’18, tim nasional Indonesia akan mengikuti Kejuaraan Dunia Ketepatan Mendarat Paralayang Antar Negara (WPAC) di Albania, Agustus 2017. Dede Supratman, warga Cisarua, Kabupaten Bogor, harus membuktikan dirinya bukan jago kandang dengan mempertahankan gelar Juara Umum Perorangan yang ia rebut Agustus 2015 di kawasan pegunungan Puncak, Jawa Barat.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini