TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Stadion Gelora Bung Karno sedang dirombak. Renovasi besar-besaran dilakukan baik di bagian dalam maupun bagian luar.
Hampir seluruh tempat duduk penonton dibongkar dan disimpan di gudang. Kecuali ada sebuah kursi yang mendapat perlakuan khusus. Itu adalah kursi yang biasa diduduki presiden, kursi itu akan dimuseumkan.
Kursi yang berdasarkan beberapa dokumentasi tampak berwarna hitam itu, memang berbeda dengan yang diperuntukan penonton biasa. Ada bantalan di seluruh bagiannya. Tersedia pula sandaran tangan.
Direktur Pengembangan Usaha Pusat Pengelolaan Kompleks GBK, Gatot Tetuko menuturkan, kursi istimewa itu baru diganti dalam pemugaran bangunan kali ini.
"Belum pernah diganti sebelumnya," jelasnya. Artinya, kepala negara dan pejabat tinggi sejak era Orde Lama hingga Joko Widodo pernah duduk di sana.
Dia memastikan dalam renovasi kali ini, tidak ada warisan sejarah pada Gelora Bung Karno yang hilang. Bahkan, untuk bangunan, pihaknya telah meminta agar desain awal yang tetap ditonjolkan.
Menjelang Asian Games XVIII 2018, Indonesia sebagai tuan rumah mulai membenahi fasilitas olahraganya, termasuk Stadion Utama Gelora Bung Karno yang terletak di Senayan, Jakarta. Sekeliling bangunan yang dibangun sejak 1960 itu telah terpagari.
Pada bagian dalam, seluruh tempat duduk penonton telah tinggal lantai betonnya saja. Hingga tribun VVIP yang biasa diduduki presiden jika menonton Tim Nasional Indonesia sedang bertanding, sudah tidak tampak lagi rupa awalnya.
Seorang pekerja bangunan yang mengerjakan renovasi Gelora Bung Karno menyebutkan pembongkaran seluruh tempat duduk telah berlangsung sejak pertengahan Agustus silam. "(Hasil) bongkaran kursi dibawa dengan truk ke gudang. Sepertinya tidak dibuang," katanya di lokasi pengerjaan, Selasa (11/10).
Gatot membenarkan bahwa bekas kursi penonton stadion kebanggaan warga Jakarta tidak dibuang. Kursi yang berbentuk papan kayu dan plastik itu disimpan sementara oleh PT Adhi Karya selaku kontraktor. "Nantinya kursi itu dilelang," kata Gatot.
Namun, perlakuan berbeda dilakukan pada kursi yang biasa diduduki sang kepala negara. "Kursi untuk presiden nantinya dimuseumkan. Tidak dilelang, karena dianggap warisan sejarah," ujarnya.
Dirut GBK, Wiratno menjelaskan nantinya tidak ada lagi bangku panjang untuk penonton. Saat renovasi rampung, seluruh penonton yang hadir akan mendapat jatah satu kursi. "Itu dirubah karena standar internasional wajibkan satu penonton harus duduk di satu bangku," jelasnya.
Perubahan itu, ungkap Wiratno akan berdampak pada berkurangnya daya tampung stadion kebanggaan warga Jakarta. Jika sebelum renovasi, kapasitas penonton di GBK tidak dapat dihitung pasti. Nantinya ada jumlah pasti orang yang dapat masuk. "Jumlah penonton maksimal nantinya sekitar 78 ribu orang. Sebelumnya bisa lebih dari 80 ribu orang, tapi kurang aman," kata Wiratno.
Disamping perubahan daya tampung, pencahayaan untuk pertandingan yang berlangsung malam hari akan mengalami perubahan, terutama dalam sumber tenaga listriknya. "Di atap akan dipasang solar cell untuk menerapkan konsep green energy," tutur Wiratno.
Lintasan atletik yang ada di sekeliling lapangan akan tetap dipertahankan keberadaannya. Hanya saja ada perubahan di bahan lintasan. Jika sebelum pemugaran berbahan gravel, untuk menyesuaikan standar OCA akan diganti dengan bahan sintetis.
Terkait luas lapangan sepakbola, tidak ada perubahan. Meski ada pembongkaran rumput selama proses pemugaran senilai lebih dari Rp 778 miliar.