TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengurus Besar Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia (PB PODSI) hanya mendukung pelaksanaan Pekan Olahraga Pelajar Nasional (POPNAS) dibandingkan PON Remaja yang akan digelar di Jawa Tengah 2017.
Ketua Harian PB PODSI, Budiman mengatakan PB PODSI hanya mendukung pelaksanaan POPNAS yang sudah jelas arah pembinaaannya dengan mengedepankan cabang olahraga Olimpiade.
"Silahkan saja jika KONI Pusat mau menjalankan PON Remaja dengan biaya sendiri karena Kemenpora akan membatalkannya dengan alasan efisiensi anggaran," ungkap Budiman.
Budiman menjelaskan PON Remaja yang akan digelar di Jawa Tengah tersebut sudah tidak sesuai dengan hasil keputusan dalam Rapat Anggota Tahunan KONI tahun 2014.
Dalam RAT itu diputuskan 20 cabang olahraga Olimpiade termasuk dayung dan angkat besi. Kenyataannya KONI mempertandingkan 32 cabang olahraga.
Yakni, panahan, atletik, bulu tangkis, bola basket, sepak bola, senam, judo, renang, selam, tenis meja, taekwondo, tenis, bola voli, voli pantai, gulat, balap sepeda, anggar, golf, karate, pencak silat, wushu, sepak takraw, bridge, panjat tebing, pentaque, catur, muaythai, sepatu roda, tarung drajat, squash, woodball, dan hoki.
"Hasil keputusan rapat hanya 20 cabor tetapi KONI Pusat malah menetapkan PON Remaja di Jawa Tengah 2017 mempertandingkan 32 cabor dimana dayung dan angkat besi tidak termasuk di dalamnya. Ini kan sudah melanggar keputusan. Katanya mengutamakan cabor Olimpiade tetapi cabor yang bukan Olimpiade malah ikut dipertandingkan," jelasnya.
Hal yang sama juga dilontarkan mantan Manajer Tim Angkat Besi Olimpiade, Alamsyah Wijaya.
"PB PABBSI pasti mendukung POPNAS yang sudah jelas menghargai cabor angkat besi yang rutin menyumbangkan medali di Olimpiade. Wajar saja kalau Kemenpora tidak mendukung PON Remaja," katanya.
Menurut Alamsyah, POPNAS Itu lebih terarah pembinaannya karena memiliki jenjangnya jelas dan atletnya dibina melalui PPLP dan PPLPD. "Jenjang ke POPNAS jelas karena pesertanya melalui seleksi lewat POPWIL (Pekan Olahraga Pelajar Wilayah) dan POPDA (Pekan Olahraha Pelajar Daerah," kata Alamsyah sembari menyebut KONI yang bertugas membantu pemerintah dalam meningkatkan prestasi olahraga harus sejalan dengan pemerintah.
Sebelumnya, juru bicara sekaligus Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Kemenpora, Gatot Dewa Broto mengatakan, pihaknya sudah mempertimbangkan untuk meniadakan PON Remaja yang rencananya digelar Juni tahun depan.
"Keputusan akan dibatalkannya PON Remaja sesuai arahan Menpora (Imam Nahrawi). Kami sudah mempertimbangkan plus minus-nya antara memilih Popnas atau PON Remaja. Setelah banyak pertimbangan, akhirnya kami memilih meniadakan PON Remaja," kata Gatot di Jakarta, Selasa (11/10/2016).
Menurut Gatot, Popnas lebih diprioritaskan karena cabang olahraga yang dipertandingkan banyak digelar di event internasional. "Kalau PON Remaja tidak terlalu signifikan untuk ke jenjang selanjutnya. Jadi kami lebih prefer ke Popnas," imbuh Gatot.
Dalam waktu dekat, kata Gatot, Kemenpora akan mengirim surat pemberitahuan pembatalan PON Remaja kepada Gubernur Jateng dan KONI Pusat. Dengan demikian, KONI Pusat segera menginformasikan masalah ini kepada seluruh KONI provinsi di Indonesia agar menghentikan persiapan para atlet yang akan dikirim ke PON Remaja.
"Kami juga akan luncurkan surat ke gubernur terkait (Jateng) supaya persiapan untuk jadi tuan rumah tidak terlalu jauh. Mumpung masih segini (belum terlalu jauh)," ujarnya.