TRIBUNNEWS.COM - Kepala Pelatih Ganda Putri PBSI, Eng Hian, memaklumi keputusan Nitya Krishinda Maheswari, yang mundur dari ajang China Open.
Nitya mundur setelah sang ayah, Panus Korwa, yang merupakan mantan pesepakbola nasional era 90-an, meninggal dunia setelah cukup lama menderita penyakit ginjal.
“Saya mengerti kondisi Nitya, bagaimanapun hubungan batin dengan orangtua kan dekat. Saya tidak akan memaksakan,” ujar Eng yang dilansir laman PBSI.
Menurut Eng Hian, Nitya merupakan sosok yang kuat meski ditinggal oleh sang ayah. Dirinya yakin Nitya akan kembali bangkit.
"Setiap orang pasti kepikiran habis ditinggal orangtua yang berpulang, tetapi Nitya adalah sosok yang cukup kuat. Kami harapkan Nitya bisa kembali fokus," tambah Eng.
Panus merupakan salah satu bintang dari Papua yang memperkuat skuad pertama Arema ketika baru berdiri pada 11 Agustus 1987.
Saat itu, Panus direkrut langsung oleh founding father alias sang pendiri Arema, Acub Zainal, dari Persipura Jayapura.
Selain Panus, bintang asal Papua lain yang bergabung dengan Arema adalah Mecky Tata dan Dominggus Nowenik.
Panus bisa dibilang menjadi satu dari beberapa pemain berstatus legenda di Arema. Faktanya, Panus ikut andil mempersembahkan trofi juara Galatama di musim 1992/1993.