TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kejuaraan Pacuan Kuda memperebutkan Piala Tiga Mahkota seri-1 tetap akan diminati walau hadiahnya relatif tidak besar, misalnya jika dibandingkan dengan "prize-money" Jateng Derby yang digelar 19 Februari lalu di Tegal Waton Salatiga.
"Saya yakin pesertanya akan banyak, terutama karena ini menjadi race awal untuk Triple Crown tahun 2017," ungkap Noviardi Sikumbang, Sekretaris Komisi Pacuan PP Pordasi, Kamis (23/2/2017).
Pacuan Piala Tiga Mahkota seri-1 ini akan dilangsungkan Sabtu, 18 Maret 2017, di gelanggang pacuan kuda Legok Jawa, Pantai Cimerak, Pangandaran, Jabar. Ini adalah pacuan awal untuk peraihan "Triple Crown" 2017.
"Triple Crown" adalah supremasi untuk kuda yang berhasil memenangi tiga perlombaan dari tiga kelas berbeda pada satu musim kompetisi, yakni dari nomor/kelas 3 Tahun Calon Derby jarak 1200 meter, 1600 meter dan 2000 meter.
Perlombaan memperebutkan juara jarak 1200 meter dikompetisikan pada kelas Calon Derby di Piala Tiga Mahkota seri-1 ini, sedangkan juara jarak 1600 meter akan diperebutkan di Kelas 3 Tahun Calon Derby pada Piala Tiga Mahkota seri-2.
"Untuk juara di jarak 2000 meter akan diperebutkan di Kejuaraan Indonesia Derby, Juli nanti," ujar Noviardi Sikumbang.
Beberapa kuda yang berpartisipasi di Kelas 3 Tahun Calon Derby di Jateng Derby pekan lalu kemungkinan besar akan kembali dikompetisikan di Pangandaran.
"Ande Lumut dari Aragon mungkin saja diturunkan lagi, setelah di Tegal Waton belum menunjukkan kemampuannya," kata Noviardi Sikumbang.
Terkait "Triple Crown", adalah Djohar Manik yang terakhir meraihnya pada 2014. Pada 2015, supremasi itu hampir digapai kuda King Runny Star dari Halim Stable.
Sayangnya, setelah sukses menjuarai jarak 1200 meter dan 1600 meter, King Runny Star terjerembab di perebutan gelar juara jarak 2000 meter.
Noviardi melukiskan, persaingan di Piala Tiga Mahkota seri-1 akan sengit karena cuaca mendukung. Dia coba membandingkannya dengan saat pertama kali arena pacuan Legok Jawa dipakai untuk "simulasi" PON XIX, yakni Januari 2016.
"Waktu itu cuacanya panas sekali dan memang dikeluhkan para pemilik kuda," kata Noviardi Sikumbang. tb