TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kejuaraan Berkuda Ketangkasan Avignam Cup yang digelar Jumat hingga Minggu, 24-26 Februari 2017 di Denkavkud Parongpong, Lembang, Jabar, mempertemukan rider senior dan yunior.
Rahmat Natsir termasuk salah satu rider senior yang berkompetisi di sini. RN, sapaan akrabnya, tentu harus menyisihkan tiga hari terakhir di Februari ini untuk melepaskan diri dari tugas kesehariannya sebagai pembina sekaligus pelatih dari banyak members di Anantya Riding Club (ARC), kawasan Sentul, Bogor.
Ia bersikap bijak dengan hanya memilih tampil di beberapa kelas Dressage (tunggang serasi) pada event yang diselenggarakan oleh Basarnas dan Eqina-Pordasi itu. Pilihan yang baik terkait dengan kemungkinan namanya masuk dalam proyeksi untuk rider pelatnas SEA Games 2017, sebagai salah satu yang diintai dari disiplin tunggang serasi.
RN memberikan kesempatan bersaing di lompat rintangan pada adiknya, Rosad Natsir, dan Marco Wowiling, rider dari Universitas Budi Luhur (UBL) Stable yang dipercayakannya untuk menuanggi kuda ARC di beberapa nomor jumping itu.
"Saya baru pulang dari Eropa, cari kuda," papar RN di Minggu (26/2) siang itu.
ARC berkonsentrasi di equestrian, salah satu membersnya adalah presenter kondang Irfan Hakim. Jadi, tidak mungkin dia mencari kuda-kuda pacu di Eropa itu.
RN bercerita, dia tengah mencari tambahan dua atau tiga ekor kuda. "Saya ditugaskan pak Jusmin Suwoko dan pak Joss Suharti," kata suami dari Rita Nurul itu, menyebut nama pemilik ARC dan sahabatnya yang pemilik resto Ayam Goreng Ny.Suharti itu. Joss Suharti juga adalah ayah kandung dari rider Daraninggar Prameswari, peraih medali emas equestrian PON XIX, September 2016 di Denkavkud, Parongpong.
ARC cukup banyak memiliki kuda-kuda handal yang bisa bersaing di berbagai kompetisi tingkat nasional. Walau demikian, keberadaan kuda-kuda baru senantiasa menjadi kebutuhan utama dari banyak klub/stable, tak terkecuali ARC. Oleh karena itu pula RN bersama istrinya, Rita Nurul, diberikan kesempatan untuk mencari tambahan dua atau tiga ekor kuda itu ke Belanda.
"Kita baru tanya sana-sini, catat-catat harganya, mana juga yang kira-kira cocok," sebut RN.
Menurutnya, dari pengalaman selama ini, belum tentu kuda yang harganya mahal kemudian bisa selaras dan bersinergi baik saat dikandangkan di tanah air. Bisa saja justru kuda yang harganya lebih murah ternyata bisa lebih cepat beradaptasi dan menjalin keterpaduan, untuk kemudian menuai prestasi saat dikompetisikan.
RN berharap, pembelian dua atau tiga ekor kuda equestrian ini bisa sesegera mungkin dieksekusi. "Masih kita evaluasi dan ditimbang-timbang," serunya.
Dari gelaran persaingan di Avignam Cup, RN gembira karena Rosad Natsir dan Marco Wowiling tampil baik dan memperoleh beberapa medali. Rosad menempati posisi ketiga di nomor 110 cm senior dengan kuda Coryphae, juga nomor tiga di 100 cm senikor dengan Steinhart Freya, kuda milik Joss Suharti. Di nomor 50-70 cm senior ia berada di posisi ke-5 dengan Spirit (A).
Pencapaian lebih baik diperoleh Marco Wowiling. Tampil dengan kuda Quiz Master, Marco Wowiling berturut-turut memenangi kompetisi 110 cm open, lalu menjadi runner-up di 105 cm open dan 115 cm open.
"Cukup baguslah, Osad juga secara umum banyak mengalami kemajuan," tutur RN tentang adiknya, Rosad Natsir, yang pada 2014 secara mengejutkan tampil mengesankan untuk membawa pulang Piala Marciano Noorman yang diperebutkan di nomor 110 cm pada Kejuaraan Cinta Indonesia Open/CIO 2014, di APM Equestrian Center, Tangerang.tb