TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hari Kartini di Indonesia dirasakan bagi kaum wanita tak hanya yang tua tapi juga para pemudi.
Satria Malasari (18), atlet sprint asal Bangka Belitung contohnya mengaku terinspirasi sosok RA Kartini sebagai pahlawan nasional Indonesia.
"Sangat terinspirasi saya ingin menjadi seperti RA Kartini. Saya sebagai atlet akan berjuang sungguh-sungguh supaya bisa juara," katanya saat mengikuti nasional atletik U-18 (remaja) dan U-20 (junior) di Stadion Atletik, Rawamangun, Jakarta Timur, Jumat (21/4/2017).
Baginya, Hari Kartini adalah ketika RA Kartini berjuang untuk mensejajarkan kaum wanita dengan kaum pria, dia tidak ingin wanita tidak hanya menjadi ibu rumah tangga.
"Dia ingin wanita sama kodratnya dengan pria supaya tidak dianggap lemah oleh orang lain," terang Satria.
Satria menilai RA Kartini pantas mendapat gelar pahlawan wanita karena dia berjuang untuk membuat wanita menjadi mandiri.
Raden Adjeng Kartini lahir di Jepara, Jawa Tengah, 21 April 1879 – meninggal di Rembang, Jawa Tengah, 17 September 1904 pada umur 25 tahun.
Beliau seorang tokoh Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia. Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi.
Ia merupakan putri dari Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, seorang patih yang diangkat menjadi bupati Jepara setelah Kartini lahir.