TRIBUNNEWS.COM - Force India mempertimbangkan rencana mengubah nama supaya memberikan rasa internasional yang lebih tinggi dan membuat tim ini lebih menarik bagi sponsor baru dan potensial
Dalam sebuah sesi wawancara dengan Motorsport dan Speedweek, pimpinan tim Force India, Vijay Mallya menyatakan bahwa rencana perubahan nama tersebut sudah pernah dilontarkan pada pihak manajemen tim sejak sebelum balapan Formula Satu (F1) musim 2017 dimulai.
Namun, Mallya tidak ingin terburu-buru, karena perubahan nama bukan suatu hal yang mudah, apalagi dilakukan saat musim balapan sudah mulai berjalan.
Pihaknya masih akan melakukan pembahasan bersama manajemen dan sejumlah investor yang terlihat dalam Force India.
"Saya memang berpikir sepertinya perubahan nama tim itu akan menjadi baik, sesuai dengan perkembangan yang kami jalani selama musim ini. Tapi, kami masih akan membahasnya bersama manejemen untuk perubahan nama itu," kata Mallya.
Baca: Cristiano Ronaldo Tidak Ingin Dipusingkan dengan Tuduhan Penggelapan Pajak
Mallya menuturkan bahwa pihaknya membeli tim yang sebelumnya dikenal sebagai Jordan, Midland, dan kemudian dikenal sebagai tim Spyker.
Selanjutnya, setelah melakukan banyak pekerjaan untuk persiapan ajang F1, nama itu diubah menjadi Force India pada tahun 2008.
"Perubahan nama Ini bertujuan untuk menarik sponsor India dan membawa pembalap India ke F1. Kami ingin membuka peluang bisnis bagi pengusaha di India dan bakat muda balapan di India," ujar Mallya.
Sejak perubahan nama saat itu, Force India telah membuat kemajuan di lapangan, menyelesaikan catatan karier terbaik keempat di kejuaraan konstruktor tahun lalu dan saat ini memegang posisi itu setelah tujuh balapan.
Saat ini, Force India telah kembali memberikan penampilan yang mengesankan. Hal ini menarik sponsor untuk masuk memberikan dukungan.
Force India juga telah mengembangkan teknologi balap, yaitu spesialis teknologi air BWT musim ini
Namun, Mallya menyebutkan bahwa bukan pertama kalinya tim mempertimbangkan perubahan nama.
Force India pernah menjalani program pengenalan ulang ke publik dalam dua tahun terakhir sebelum musim 2017.
Tim ini juga pernah membuka kerja sama dengan Aston Martin Racing pada 2016, namun upaya itu gagal.
"Ada pemikiran yang lebih berkembang bahwa mungkin saja tim akan bekerja jauh lebih baik dan akhirnya mampu menarik lebih banyak sponsor internasional. Perubahan nama memang terpikir supaya ada rasa lebih internasional, karena balapan F1 ini bisnis yang besar," kata Mallya.
Baca selengkapnya Haya di KORAN SUPER BALL, Jumat (16/6/2017)