TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ajang Indonesia Open Soft Tennis Championships 2017 di Test Event Soft Tennis Road to Asian Games 2018, di Stadion Tenis Bukit Asam, Jakabaring, Palembang, Sumatera Selatan, bakal jadi modal tambahan pengalaman skuat soft tenis Indonesia.
Ada sisi keuntungan di mana para atlet soft tenis bisa lebih membaca, memetakan, dan melihat sejauhmana permainan lawan.
Hal itu akan terlihat jelas saat semua telah menempuh pertandingan.
Hal penting yang ditetapkan oleh dua pelatih soft tenis Indonesia, Medi Mulyono dan Gularso Muljadi, pemain harus mampu berpikir dan beraksi.
Artinya, apa saja langkah yang harus dilakukan ketika lawan mulai bisa menguasai pertandingan atau gaya permainan.
"Selama ini mereka para atlet soft tenis telah menjalani sekian banyak latihan di pelatnas. Itu modal awal dari sisi teknis. Tapi, nantinya di ajang uji coba yang berhadapan dengan atlet luar negeri, lebih harus berpikir apa yang harus dilakukan, kemudian beraksi dengan permainan yang lebih baik," kata Gularso, pelatih tim putri.
Boleh dibilang persiapan tim soft tenis Indonesia tidak terlalu banyak, tetapi harus bisa memaksimalkan diri ketika sudah benar-benar di lapangan.
"Kami akan bertemu lawan yang berat, tapi itu bukan alasan, karena pemain harus mampu berpikir tentang apa yang dilakukan Berpikir dan beraksi, menurut Medi dan Gularso adalah kemampuan pemain membaca dan memetakan permainan lawan," jelasnya
Ajang uji coba kali ini, merupakan sarana yang cukup baik untuk melihat bagaimana trik permainan lawan.
Pada kejuaraan soft tenis ini akan hadir beberapa perwakilan atlet soft tenis mancanegara. Tercatat lima negara telah mengirimkan wakilnya, yaitu Jepang, Taiwan, Korea Selatan, India, dan Nepal.
Indonesia bakal menurunkan atlet terbaik yang telah menghuni pelatnas soft tenis di Jakarta sejak awal tahun ini. Tim Merah Putih berintikan sepuluh pemain.
Tim putra terdiri dari Hemat Bakti Anugrah, Gusti Jaya Kusuma, Elbert Sie, Prima Simpatiaji dan Irfandi Hendrawan.
Sementara tim putri, yakni Dwi Rahayu Pitri, Dede Tari Kusrini, Anadeleyda Kawengian, Siti Nur Arasy dan Voni Darlina.