TRIBUNNEWS.COM - Fauzan alias Ozan (20), juara dunia karate belakangan ramai diperbincangkan publik karena punya perbedaan nasib dengan Zohri.
Sebelum menjadi viral, sosok sang juara dunia karate ini mungkin tak banyak diketahui orang banyak.
Padahal di dunia olahraga karate, namanya tercatat sebagai juara dunia kejuaraan WASO World Championship pada Januari 2018 yang berlangsung di Ceko.
Perjalanan Ozan dan pelatihnya, Mustafa, berangkat ke Ceko rupanya tak mudah.
Mengulas kembali kisah perjalanan Fauzan memenangkan kejuaraan karate dunia, sang pelatih pun menceritakannya.
Dilansir dari tayangan Hitam Putih, Kamis (19/7/2018), Mustafa dan Fauzan pun menceritakan kisahnya.
Deddy Corbuzier, pembawa acara itu pun lantas bertanya mengenai kabar Fauzan dan sang pelatih hanya membawa uang Rp 600 ribu sebagai bekal tinggal di Ceko.
"Benar tidak sih selama dua minggu di Ceko Anda dan Fauzan hanya memegang uang Rp 600 ribu ?" tanya Deddy kepada Mustafa.
Mendengar pertanyaan itu, Mustafa pun langsung menjawabnya.
"Ya benar," jawab Mustafa.
Lebih lanjut lagi, Mustafa pun membeberkan hal itu karena ia dan federasinya tidak punya uang untuk memberangkatkan Fauzan.
Sebab diakui Mustafa, federasi dari cabang olahraga karate tradisional itu merupakan federasi yang miskin.
"Federasi kami nggak punya uang, miskin sekali," ujar Mustafa.
Baca: Lalu Muhammad Zohri Jelaskan Soal Polemik Bendera Merah Putih
Karena keterbatasan itu pula, Mustafa menceritakan dirinya sampai mencari pinjaman ke sana kemari termasuk ke ketua federasi.
Beruntungnya biaya perjalanan yakni tiket penerbangan ke Ceko diakui Fauzan ditanggung oleh penyelenggara lomba.
Mendengar penjelasan tersebut, Deddy Corbuzier pun bertanya kembali mengapa Mustafa dan Fauzan tidak meminta uang kepada pemerintah setempat?
Mustafa yang awalnya berat menceritakan kepada Deddy Corbuzier akhirnya buka suara.
Alasan mengapa dirinya tidak meminta bantuan kepada pemerintah setempat adalah karena Mustafa tahu diri.
Federasi karate tradisional yang digelutinya itu diakui Mustafa belum ditempatkan dalam Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI).
Meski begitu, Mustafa membeberkan bahwa cabang olahraga karate tradisional sudah diakui secara nasional dan secara hukum.