TRIBUNNEWS.COM - Kontingen Indonesia akan mengikuti cabor weelchair fencing atau anggar kursi roda untuk kali pertama di Asian Para Games 2018.
"Cabor ini kan dipertandingkan di Asian Para Games. Nah, sebagai tuan rumah, kita harus siap," ungkap Djoko Nugroho, perwakilan National Paralympic Committee (NPC) untuk cabor anggar kursi roda, saat ditemui TribunSolo.com, Sabtu (15/9/2018).
Dari 21 atlet yang ikut seleksi pada Desember 2017, 11 di antaranya telah lolos untuk mengikuti Pesta Olahraga Difabel Asia 2018 ini.
Sebanyak 7 atlet putra dan 4 atlet putri itu berasal dari berbagai provinsi, yakni Riau, DIY, Jawa Tengah, Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Kalimantan Timur.
Menurut penuturan Djoko, tidak ada dari mereka yang memiliki latar belakang sebagai pemain anggar.
"Basic atlet-atlet ini bukan anggar, tapi olahraga yang lain. Ada yang panahan, ada yang angkat berat, ada yang sitting volleyball (voli duduk), ada juga wheelchair tennis," kata Djoko.
Berbagai komponen tes khusus atlet paraplegia atau penurunan motorik pun mereka lalui.
"Kita mengukur, yang dominan untuk di anggar itu apa. Kekuatan tangan, kekuatan perut, kekuatan pinggang, dan waktu reaksi. Itu kita tes semua," ujar Djoko.
Djoko menjelaskan, terdapat dua klasifikasi atlet dalam seleksi anggar kursi roda Asian Para Games.
"Indikator utamanya di pinggang. Yang paling lemah ada di C, tapi tidak dipertandingkan. Yang sedang di klasifikasi B, yang kuat di klasifikasi A," terangnya.
Dari 11 atlet yang terpilih, 5 atlet putra masuk dalam klasifikasi A, 2 putra klasifikasi B, 3 putri klasifikasi A, dan 1 putri klasifikasi B.
Mereka telah menjalani Pelatnas sejak Januari 2018 di Solo, Jawa Tengah.
Dalam Asian Para Games di Jakarta 6-13 Oktober mendatang, Tim Anggar Kursi Roda Indonesia akan menurunkan atlet di seluruh nomor, atau 18 nomor yang ada.
Delapan belas nomor itu terbagi dalam tiga senjata, baik individu maupun beregu: floret putra/putri, sabel putra/putri, dan degen putra/putri. (*)