TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dua organisasi cabang olahraga yang meraih medali terbanyak pada Asian Games 2018, Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) dan Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) mengajak organisasi cabang olahraga lain untuk mengikuti akreditasi yang dilakukan Badan Standardisasi dan Akreditasi Nasional Keolahragaan (BSANK).
Sebab, akreditasi memberikan banyak manfaat bagi cabor dalam keranga memperbaiki standar pengelolaan organisasi agar lebih profesional.
IPSI dan FPTI merupakan dua dari empat organisasi olahraga yang sudah diakreditasi BSANK tahun lalu. Keduanya sama-sama meraih predikat B.
“Karena sudah terakreditasi, hubungan kita dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah juga bisa lebih dekat. Dengan sudah diakreditasi, kita juga tahu catatan-catatan yang harus diperbaiki untuk membenahi organisasi,” kata Wakil Sekjen PB IPSI, Fahmi Wardi.
Fahmi juga mengungkap bahwa akreditasi juga berpengaruh pada peningkatan prestasi, termasuk kesuksesan IPSI di Asian Games 2018 baik dari sisi penyelenggaraan maupun prestasi.
“Saat Asian Games 2018, kita menerapkan standar kualitas penyelenggaraan, seperti memasang video di lima sudut arena pertandingan untuk mengelimir protes. Dengan standar itu, terbukti protes dari peserta sangat minim,” jelas Fahmi.
Di IPSI, lanjut Fahmi, juga sudah ada standar kepelatihan, dan pihaknya akan berkoordinasi dengan BSANK untuk pembentukan LSKTK (Lembaga Sertifikasi Kompetensi Tenaga Keolahragaan).
Fahmi menegaskan, dalam membenahi organisasi cabang olahraga, harus dimulai dari PB sebagai induk dari pengurus daerah dan provinsi.
“Karena PB IPSI sudah terakreditasi baik, kita juga mensosisliasikannya ke IPSI di provinsi atau daerah agar mereka juga melakukan akreditasi,” kata dia.
Senada dengan Fahmi, Pelatih Kepala Timnas Panjat Tebing Indonesia (FPTI), Caly Setiawan menyatakan bahwa akreditasi yang dilakukan BSANK berdampak positif bagi organisasi cabor untuk bisa menjalankan roda organisasi dengan baik, efektif dan profesional.
Dampak positif itu juga ada yang bersinggungan langsung dan tidak langsung dengan peningkatan prestasi.
Karena itu, ia juga mendorong agar PB-PB melakukan akreditasi seperti halnya yang sudah dilakukan FPTI.
“Sebagai orang yang berkecimpung di olahraga saya tahu banyak organisasi olahraga (PB) yang pengelolaanya semerawut. Ini tentu saja tidak sehat bagi roda organisasi, meskipun ada juga PB yang pengeolaan organisasinya kurang baik tapi prestasinya bagus. Jadi menurut saya, semua organisasi olahraga sebaiknya mengikuti akreditasi,” ujar Caly.
Untuk mendorong pentingya akreditasi dilakukan organisasi cabor, Caly juga meminta pemerintah mengeluarkan regulasi yang memberikan reward bagi organisasi cabor yang sudah terakreditasi.
“Misalnya, organisasi yang sudah terakreditasi, bantuan pembinaannya dari pemerintah diberikan penuh, sementara yang belum terakreditasi sedikit dikurangi. Ini tentu akan mendorong PB-PB untuk melakukan akreditasi,” tuturnya.