TRIBUNNEWS.COM - Gempa bumi dan tsunami yang melanda Palu dan Donggala menjadi duka bersama bangsa Indonesia.
Termasuk keluarga besar Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) yang kehilangan atlet dan tokoh seniornya akibat bencana dahsyat tersebut.
Roiman, salah satu atlet panjat tebing dari daerah Sulawesi Tengah, merupakan salah satu korban jiwa dalam bencana yang menelan ribuan korban jiwa tersebut. Dia adalah atlet asal Kabupaten Parigimoutong.
Selain Roiman, keluarga besar FPTI juga dirundung duka karena salah tokoh senior panjat tebing Sulawesi Utara, Franky Kowaas juga dikabarkan menjadi korban.
Franky yang juga aktif di olahraga aerosports, sedang berada di Hotel Roa-Roa Palu bersama tim paralayang yang sedang mengikuti kompetisi. Hotel Roa-Roa rata dengan tanah akibat gempa, sehingga banyak yang meninggal dan terluka.
Baca: Begini Tanggapan Ridwan Kamil Terkait Sanksi Persib Bandung
Franky memang dikenal aktif mengikuti olahraga ekstrim, termasuk panjat tebing dan paralayang.
“Keluarga besar FPTI berduka karena ada atlet dan pengurus menjadi korban gempa Palu Donggala. Sampaikan kabar duka ini untuk menghimpun solidaritas dari komunitas panjat tebing dunia,” ujar Ketua Umum PP FPTI, Faisol Riza.
Riza berharap, duka ini mendapat solidaritas federasi internasional panjat tebing asia dan dunia (AFSC dan IFSC) dan Union Internationale Association De Alpinisme (UIAA) sebagai federasi dunia yang menaungi bidang panjat tebing dan pendakian.
“Soldaritas bisa dalam bentuk permohonan doa sebelum setiap kompetisi yang mereka gelar,” tambah Riza.
Baca: Sambil Menangis dan Terbata-bata, Istri Indro Warkop Minta Dipakaikan Hijab
Sementara itu, pengurus FPTI Kota Palu juga sudah membangun posko bantuan untuk korban gempa bumi dan tsunami.
Pengurus yang lain juga terlibat dan ada yang berangkat ke Palu dan Donggala untuk membantu Tim SAR dan pemerintah memberikan bantuan darurat.
Pristiawan Buntoro yang juga Manajer Kompetisi Panjat Tebing di Asian Games 2018, ikut serta dalam Tim dari Yogyakarta. Mereka dilengkapi peralatan CSSR termasuk life detector.
Mereka juga akan mencoba masuk ke daerah Wani, yang merupakan tempat kelahiran atlet panjat tebing andalan Indonesia, Aspar Jaeololo.