TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dalam sebuah ajang balap, set-up kendaraan menjadi hal yang krusial. Set-up yang dilakukan biasanya meliputi mesin, pemilihan gear, pemakaian ban dan suspensi.
Keberhasilan tim mekanik dalam menyeting dipengaruhi pula kemampuan pebalap dalam memberi feed back alias masukan teknis. Secara sederhana, proses menyetting mesin balap merupakan gambaran nyata bagaimana terjadinya kerjasama di sebuah tim balap.
Performa sebuah mesin balap akan muncul dengan optimal jika komponen-komponen di dalamnya dapat disesuaikan dalam menghadapi tantangan yang ingin ditaklukkan.
Mesin yang punya kekuatan besar harus padu dengan kemampuan ban, pemilihan gear, juga pilihan suspensi yang tepat. Dan semua itu mengarah kepada kondisi lintasan juga riding styleseorang pebalap.
Menurut Ali Adriansyah Rusmiputro, pebalap Indonesia yang berlaga di ajang World Supersport 300 (WSSP300), set-up yang tepat dapat menjadi modal awal untuk meraih hasil bagus.
Menurut Ali Adriansyah, pada balap motor yang ia ikuti itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyeting sepeda motor. Dan settingan sepeda motor tergantung pada karakter sirkuit yang akan menjadi ajang balapan.
Hanya saja, menurut pebalap Pertamina Enduro Racing Team itu, di WSSP300 area perubahan yang boleh dilakukan sangat terbatas. Akhirnya, yang lebih banyak dilakukan adalah pengaturan gear, bukan mesin.
"Set-up sepeda motor akan berbeda tergantung sirkuit yang dihadapi. Ada sirkuit yang flat, ada yang naik turun, atau ada juga yang banyak tikungan. Dari pengalaman saya di WSSP300, settingan mesin tidak banyak berubah, yang banyak berubah adalah pemilihan gear, itupun hanya pada sproket," paparnya.
Menurut Ali Adriansyah, pemilihan dan pengaturan sproket tergantung pada karakter sirkuit dan gaya balap seorang rider. Pengaturan pada sirkuit yang berkarakter naik-turun akan berbeda dengan sirkuit yang flat atau sirkuit yang banyak tikungannya.
"Terkadang kita harus mengorbankan performa di trek lurus agar lebih enak di tikungan, kadang kita harus mengorbankan dua tikungan supaya lebih bagus di tikungan lainnya," ujar Ali Adriansyah.
Kompromi semacam itu merupakan hal yang biasa dilakukan, karena tidak mungkin melakukan setting agar sepeda motor dapat sempurna di setiap bagian sirkuit.
Pebalap kelahiran bulan September itu memberi contoh bahwa Sirkuit Algarve Portimao, Portugal merupakan salah satu sirkuit yang rumit dalam menentukan settingan. Tidak hanya bagi pebalap, tapi juga bagi mekanik dalam mengatur sepeda motor mereka.
"Di Portugal itu sirkuitnya ada bagian yang sangat menanjak, ada juga yang sangat curam. Jadi kita harus benar-benar mampu membuat settingan yang tepat untuk mendapatkan hasil maksimal," kata Ali Adriansyah.
Proses melakukan setting bukan tanggung jawab tim teknis atau kru mekanik semata. Dalam proses mencari settingan yang tepat ini pebalap pun memiliki peran yang tidak kecil. Pebalap harus mampu mengumpulkan informasi tentang kondisi tunggangannya saat itu serta memberi masukan yang tepat agar performa kendaraan dapat terangkat. Dengan kata lain, tugas pebalap bukan hanya memacu tunggangan sekencang mungkin.
Demikian juga dengan Ali Adriansyah. Di sesi latihan ia harus dapat menyerap semua kondisi yang ada pada sepeda motornya saat melalui semua area sirkuit. Ia akan menginformasikan bagaimana kondisi sepeda motor misalnya saat menikung atau saat menanjak.
Ia juga harus dapat memberi masukan teknis terhadap kondisi yang dihadapi. Misalnya soal kekerasan suspensi, tekanan angin pada ban, dan sebagainya. Jika pebalap tidak paham akan kondisi yang ada, maka akan sulit baginya utnuk memberi informasi yang akurat kepada mekanik. Hal itu akan membuat tim teknis kesulitan untuk melakukan set-up yang tepat. Dan ujungnya, sepeda motor tidak mampu memberi performa yang mumpuni.
Proses set-up mesin balap memang bukan perkara sederhana. Proses ini melibatkan semua anggota tim, terutama tim teknis dan pebalap. Jadi tidak salah jika proses set-up ini merupakan bentuk nyata bagaimana sebuah kerjasama terjadi dalam tim balap.