TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemain bulutangkis Indonesia, Liliyana Natsir resmi gantung raket.
Penampilan Liliyana Natsir di final Indonesia Masters 2019, Minggu (27/1/2019) ini menjadi penampilan terakhir pasangan Tontowi Ahmad ini.
Minggu siang tadi sebelum final Indonesia Masters 2019, digelar acara perpisahan untuk Liliyana Natsir di Istora Senayan.
Pensiunnya Liliyana Natsir dari dunia bulutangkis yang sudah membesarkan namanya juga mengundang kesedihan warganet.
Berikut ini Tribunnews.com merangkum hal seputar pensiunnya Liliyana Natsir dari dunia bulutangkis profesional:
1. Alasan Liliyana Natsir Pensiun
Dalam acara perpisahannya hari ini, Minggu (27/1/2019), Liliyana Natsir mengaku hari ini menjadi hari berat baginya.
Hal itu karena Liliyana Natsir menyatakan pensiun.
KPU Sabu Raijua Klarifikasi Dokumen Krisman Riwu Kore yang Tersebar di Media Sosial - Pos-kupang.com
Latihan Soal BAB 2 Bahasa Indonesia Kelas 9 SMP Semester 1 Lengkap Kunci Jawaban, Soal Pilihan Ganda
Meski pensiun, Liliyana Natsir menyatakan tidak akan menjauh dari dunia bulutangkis yang sudah membesarkan namanya.
Ia pensiun untuk memberi kesempatan para juniornya untuk menjadi pemenang baru.
Pernyataan Liliyana Natsir dibagikan oleh akun Badminton Indonesia.
"Hari ini adalah hari yang berat buat saya 27 Januari 2019, saya menyatakan pensiun. Dunia ini yang membesarkan nama saya, saya tidak pergi menjauh, tapi memberikan kesempatan kepada adik-adik saya untuk menjadi pemenang baru. - Liliyana Natsir," tulis akun tersebut.
2. Jadi Trending Topik
Pensiunnya Liliyana Natsir menjadi trending di twitter, Minggu (27/1/2019).
Hingga Minggu sore, setidaknya terdapat tiga trending terkait Liliyana Natsir yakni tagar #ThankYouButet, Owi Butet dan Liliyana Natsir Natsir.
3. Tontowi Ungkap Hal yang Ia Rindukan dari Liliyana Natsir
Pasangan Liliyana Natsir, Tontowi Ahmad atau akrab disapa Owi itu mengungkapkan sesuatu yang akan selalu ia rindukan dari Liliyana Natsir Natsir sejak berpasangan pada 2010 silam.
Dilansir BolaStylo.com dari BolaSport.com, menurut Tontowi Ahmad, dia akan selalu teringat cara sosok yang akrab dipanggil Butet itu dalam memotivasi di lapangan.
“Yang nggak akan saya lupakan itu ya cara dia motivasi saya di lapangan. Menurut saya itu pelajaran penting dari Cik Butet, bukan cuma buat saya, tetapi juga buat semua ganda campuran lain,” ucap Tontowi Ahmad.
Selanjutnya, Owi memberkan satu hal spesial dari Butet yang hingga saat ini belum dimiliki oleh penerusnya.
Pria berusia 31 tahun itu menyebut Liliyana Natsir Natsir memiliki jiwa yang membuatnya tidak mau kalah dan selalu ingin menang.
Hal itulah yang disebut Owi belum dimiliki oleh calon penerusnya nanti.
“Jiwa tidak mau kalahnya Cik Butet itu besar sekali. Dia punya pola pikir bagaimana caranya untuk menang. Ya, mungkin itu yang belum dimiliki adik-adiknya sekarang,” ucap Owi lagi.
4. Hasil di laga pamungkas, Final Indonesia Masters 2019
Di laga pamungkasnya di final Indonesia Masters 2019, Liliyana Natsir Natsir harus rela kalah dari wakil China Zheng Siwei/ Huang Yaqiong, Minggu (27/1/2019).
Pertandingan berakhir dengan skor 21-19, 19-21, 16-21.
5. Deretan Prestasi Liliyana Natsir
Dikutip dari laman resmi PBDjarum, www.pbjarum.org, Minggu (27/1/2019), Butet telah merangkai prestasi-prestasi selama 24 tahun karirnya.
Butet, lahir di Manado, Sulawesi Utara, tanggal 9 September 1985, putri dari pasangan Beno Natsir dan Olly Maramis.
Umur 9 tahun, Butet sudah bergabung di sebuah klub bulutangkis di Manado bernama klub Pisok.
Menginjak usia 12 tahun, Butet memutuskan pindah ke Jakarta untuk bergabung ke klub PB Tangkas.
Tahun 2002, ia terpilih masuk ke Pelatnas Cipayung.
Bakatnya di nomor ganda campuran sudah langsung terlihat.
Bersama Markis Kido, ia menjuarai Kejuaraan Asia Junior dan Indonesia Open Junior 2002.
Tahun 2004, Butet ditunjuk untuk menggantikan Vita Marissa sebagai pasangan Nova Widianto.
Penyebabnya Vita Marissa mengalami cedera.
Saat itu Butet masih sangat muda, berusia 19 tahun.
Berbagai gelar prestisius berhasil dipersembahkan Nova/Butet.
Pasangan ini juara di ajang Kejuaraan Dunia 2005 yang berlangsung di Ahahem, Los Angeles, Amerika Serikat.
Di partai final mengalahkan Xie Zhongbo/Zhang Yawen (China), 13-15, 15-8, 15-2.
Tahun 2007, Nova/Butet kembali meraih juara dunia ganda campuran pada pertandingan yang berlangsung di Kuala Lumpur, Malaysia.
Mereka berhasil mengalahkan Zheng Bo/Gao Ling, 21-16, 21-14 di babak final.
Selain itu, Liliyana Natsir juga tampil cukup baik ketika turun di nomor ganda putri. Ia yang berpasangan dengan Vita Marissa, mampu meraih emas SEA Games 2007, juara China Masters Super Series 2007dan Indonesia Open Super Series 2008.
Di Olimpiade Beijing 2008, Nova/Butet meraih medali perak setelah kalah 11-21, 17-21 dari pasangan Korea, Lee Yong Dae/Lee Hyo Jung di babak final.
Tahun 2009, Nova/Butet meraih prestasi sebagai juara Malaysia Open SS 2009, French Open SS 2009, medali emas SEA Games 2009 dan runner up Kejuaraan Dunia 2009.
Kemudian, pelatih ganda campuran Pelatnas memasangkan Butet dengan pemain lebih muda.
Pemain asal klub PB Djarum Tontowi Ahmad terpilih sebagai pasangan Butet.
Ujicoba dengan Tontowi Ahmad di Macau Open GPG 2010, langsung menjadi juara.
Bersama pemain yang akrab dipanggil Owi ini, prestasi Butet makin mentereng.
Ia meraih gelar juara All England tahun 2012 setelah di final mengalahkan pasangan Denmark Thomas Laybourn/Kamilla Ryhter Juhl, 21-17 dan 21-19.
Ini merupakan penantian selama 33 tahun bagi ganda campuran Indonesia setelah terakhir gelar juara dipersembahkan Christian Hadinata/Imelda Wiguna pada tahun 1979.
Sedangkan secara umum, hasil ini juga menghapus puasa gelar bagi tim Indonesia selama 9 tahun setelah sebelumnya pasangan ganda putra Sigit Budiarto/Candra Wijaya menjadi juara tahun 2003.
Owi/Butet mampu mempertahankan gelar All England di tahun 2013 dengan mengalahkan lawan yang kuat dari China Zhang Nan/Zhao Yunlei di final, 21-13 dan 21-17.
Owi/Butet berhasil menjadi juara tahun 2013 di Guangzhou, China.
Mereka mengalahkan dua pasangan tuan rumah yang sangat diunggulkan, Zhang Nan/Zhao Yunlei 15-21, 21-18, 21-13 di semifinal dan Xu Chen/Ma Jin 21-13, 16-21, 22-20 di final.
Tahun 2014, Butet memutuskan untuk masuk klub PB Djarum, menyusul pasangannya Owi yang lebih dahulu menjadi atlet binaan PB Djarum.
Setelah bersama PB Djarum Owi/Butet membuat prestasi-prestasi besar lainnya.
Owi/Butet mencetak hattrick di All England setelah kembali menjadi juara tahun 2014 dengan mengalahkan lawan yang sama Zhang Nan/Zhao Yunlei.
Uniknya skornya pun sama seperti tahun sebelumnya yakni, 21-13 dan 21-17.
Namun Owi/Butet tidak berhasil meraih medali di Olimpiade London 2012.
Kekecewaan tersebut berhasil mereka tebus empat tahun kemudian di Rio de Janeiro, Brazil. M
ereka mengembalikan tradisi medali emas bulutangkis Indonesia setelah mengalahkan Chan Peng Soon/Goh Liu Ying (Malaysia) di final dengan skor, 21-14 dan 21-12.
Di tengah deraan cedera lutut, Butet masih mampu meraih gelar juara di tahun 2017.
Owi/Butet meraih gelar juara Indonesia Open Super Series Premier 2017 di JCC Senayan, Jakarta.
Owi/Butet mengalahkan pasangan China, Zheng Siwei/Chen Qingchen, 22-20, 21-15.
Owi/Butet bahkan berhasil meraih juara dunia untuk kedua kalinya atau keempat kali untuk seorang Butet.
Di final Kejuaraan Dunia 2017 di Glasgow, Skotlandia, Owi/Butet berhasil mengalahkan pasangan China, Zheng Siwei/Chen Qingchen, 15-21, 21-16, 21-15.
Lalu, Owi/Butet sukses menambah satu gelar superseries di French Open 2017.
Owi/Butet memang sudah mampu meraih juara Indonesia Open di tahun 2017.
Namun saat itu pertandingan tidak dilaksanakan di Istora seperti biasanya sehingga ada stigma mereka tidak mampu juara Indonesia Open di Istora.
Namun Owi/Butet berhasil menghapusnya dengan menjadi juara Indonesia Open Super 1000 tahun 2018 yang dilaksanakan di Istora, Senayan, Jakarta.(Tribunnews.com/Daryono)