TRIBUNNEWS.COM – Bukan rahasia umum jika banyak pelari asal Afrika, terutama dari Kenya jadi langganan juara event-event lari atau marathon besar dunia. Hal ini pun menimbulkan label jika mereka yang berasal dari Afrika pastilah sangat jago berlari.
Tetapi jika dipikirkan kenapa hal itu bisa terjadi? Apa rahasia yang dimiliki para pelari Kenya sehingga bisa tahan berlari berpuluh-puluh kilometer dalam waktu yang cepat?
Menurut pelari asal Kenya, Stephen Munghatia (24) yang menorehkan waktu tercepat pada Mandiri Jogja Marathon 2019, Sabtu (27/4/2019), dalam kategori full marathon open pria dengan catatan waktu 2 jam 25 menit 48 detik mengungkapkan, jika tak ada rahasia kenapa ia bisa berlari cepat.
Menurutnya ini adalah hasil dari latihan keras yang selalu ia lakukan.
"Hanya berlatih. Lari saja dan berdoa. Ini ajang pertama saya (di MJM-red). Saya juga ikuti beberapa lomba di Indonesia. Saya pernah ikut di Bandung dan Bosowa Marathon juga dan saya selalu menang. Tahun lalu saya menang di Bosowa, lalu di Bandung. Di Lombok saya menempati posisi keempat," kata Stephen.
Pada ajang ini, Stephen Munghatia Mugambi berlari sangat cepat. Bahkan saking cepatnya ia berlari, panitia yang bertugas membentangkan pita di garis finish pun dibuatnya kaget lantaran tak mengira bila ada pelari kategori full marathon yang telah mencapai akhir perlombaan.
Sebab, Stephen yang melahap lintasan sejauh 42 kilometer mampu mencapai finis hampir bebarengan dengan peserta di kategori 21 kilometer.
"Cuaca begitu sempurna untuk saya, tidak sia-sia saya datang dari Kenya Jumat (26/4/2019) kemarin," kata Stephen ditemui usai perlombaan.
Terkesan Berlari di Indonesia
Berlari di Mandiri Jogja Marathon 2019 meninggalkan kesan tersendiri bagi Stephen. Ia pun cukup terkesan dengan keramahan masyarakat yang menyambutnya antusias di sepanjang rute yang dilalui.
"Banyak orang yang sangat baik. Ini event yang sangat menyenangkan. Meriah sekali untuk melihat banyak orang yang menyemangati kami," kata Stephen.
"Ya. Mereka menambah semangat saya. Mereka buat saya tidak memikirkan tentang lelah. Mereka bantu saya buat lebih kuat. Saya hanya lari dan bersenang-senang. Sebab, kalau lari sendiri kita memikirkan kapan lomba ini selesai, berapa waktu yang harus saya penuhi," imbuhnya.
Ia pun berencana untuk kembali ambil bagian di ajang MJM tahun mendatang.
"Ini kemenangan pertama di tahun ini. Ini kepesertaan pertama saya di event (MJM) dan tampaknya akan jadi agenda saya tahun depan," kata Stephen.
Tak hanya keramahan masyarakat kepada pelari saja, Mandiri Jogja Marathon ini memang bisa dibilang istimewa bila dibandingkan lomba marathon lainnya. Itu karena lomba ini memiliki tiga aspek, yakni sport, tourism dan budaya.
"Kalau di Negara lain event Marathon diadakan di tengah kota, dimana pemandangan yang dilihat adalah beton-beton. Disini kita melihat candi-candi, sawah, banyak kebudayaan masyarakat yang disuguhkan, ada banyak kuliner juga. Jadi lengkap," ujar Direktur Utama Bank Mandiri, Kartika Wirjoatmodjo,
Jadi tak mengherankan jika event tahunan ini berhasil diikuti sekitar 7500-an peserta dari berbagai kota di Indonesia dan luar negeri.
Penulis: Firda Fitri Yanda