TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ajang babak prakualifikasi gulat PON XX/2020 yang digelar oleh Pengprov PGSI DKI Jakarta 2-4 November 2019 di GOR Otista Jakarta Timur, sekaligus menjadi arena reuni untuk sebagian besar dari 18 pegulat yang menjadi andalan Indonesia di pentas gulat Asian Games XVIII/2018, Jakarta.
Kecuali Eko Roni Saputra dan Ridha Wahdaniyati, 16 pegulat yang eks tim Asian Games 2018 tersebut berpartisipasi di Pra PON 2019 atas nama daerahnya masing-masing. Roni Saputra, pegulat andalan kelas 57kg gaya bebas dari Kaltim, tak ikut Pra PON karena sudah beberapa bulan ini bergabung dengan sebuah klub di Singapura.
Sementara, Ridha, pegulat kelas 76kg dari Kalsel, kini sudah beralih ke olahraga Sambo dan menjadi andalan PB Persambi di pentas-pentas regional.
Ke-16 pegulat mantan Asian Games 2018 lainnya adalah Ardiansyah (65 kg/Kaltim), Rizky Dermawan (74 kg/DKI Jakarta), Fakhriansyah (86 kg/Kalsel), Ronald Lumban Toruan (97 kg/Sumsel), dan Dimas Seto (125 kg/Jatim). Keenamnya dari gaya grego. Sementara enam pegulat di gaya bebas putra adalah Hasan Sidik (59 kg/Jatim), M.Aliansyah (66 kg/Kaltim), Andika Sulaeman (75 kg/DKI Jakarta), Lulut Gilang Saputra (85 kg/Jatim), Ashar Ramadhani (98 kg/Kaltim), dan Papang Ramadhani (130 kg/Kaltim). Lima pegulat gaya bebas putri, Eka Setiawati (48 kg/Jabar), Dewi Ulfa (53 kg/Kaltim), Mutiara Ayu Ningtyas (58 kg/Jatim), Dewi Atiya (63 kg/Jabar), dan Desi Sinta (69 kg/Banten).
Para pegulat eks Asian Games yang sebelumnya berlatih hampir selama tiga bulan di Bulgaria seluruhnya lolos dari babak prakualifikasi. S
ebagian dari mereka bahkan sempat bertarung head to head di babak prakualifikasi ini, misalnya Eka Setiawati dengan Dewi Ulfah di final kelas 53kg.
Kelas ini sebenarnya menjadi spesialisasi dari Dewi Ulfah, sementara Eka sebelumnya 'bermain' di kelas 48kg. Namun, Eka ternyata bisa tampil lebih 'ganas' di kelas 53kg ini, dan mengungguli Dewi Ulfah.
Para pegulat eks Asian Games lainnya yang tak terkalahkan sehingga menempati peringkat pertama di kelasnya, antara lain Andika Sulaeman, Aliansyah, Papang Ramadhani, Fakhriansyah, serta Lulut Gilang Saputra -yang tak tampil di Asian Games karena kelebihan berat badan- dan Desi Sinta.
Seandainya PP PGSI mengomentisikan pegulatnya ke kontes SEA Games 2019 di Filipina, sangat mungkin jika sebagian besar di antara mereka masih akan menjadi tumpuan harapan. Asa membawa pulang dua atau tiga medali emas bisa saja ditumpukan.
Apalagi, gulat Indonesia bagaimanapun masih menjadi salah satu kekuatan terbaik di kawasan ASEAN, walau Vietnam kini cenderung menjadi kekuatan yang menakutkan.
"Kalau memang masih dimungkinkan, Pengprov PGSI Jatim siap mengirimkan pegulatnya ke SEA Games Filipina," ujar Rakhman, mantan pegulat nasional yang menjadi ketua Pengprov PGSI Jatim.
Namun, karena sifatnya multi-event, keinginan Pengprov PGSI Jatim ini tentunya sulit terkabulkan. Mereka harus resmi mewakili federasi, dalam hal ini PP PGSI, dan direkomendasi oleh Komite Olimpiade Indonesia (KOI)--yang menjadi penanggungjawab pengiriman kontingen ke multievent regional dan internasional.
"Kaltim juga siap kalau memang masih bisa didaftarkan, tetapi entry form by name-nya sudah ditutup, jadi sudah tak mungkin lagi," kata Buyamin, pelatih gulat Kaltim yang ikit menangani tim gulat Asian Games berlatih di Bulgaria bersama Fathurahman (Jatim) dan Zulhaidir (Kalsel).
Dari babak prakualifikasi gulat Pra PON di Jakarta, pegulat Jatim dan Kaltim mendominasi dengan merebut 31 tempat atau separuh dari 72 slot yang tersedia. Jatim meloloskan 17 pegulat, Kaltim 14.