TRIBUNNEWS.COM, ROMA - MotoGP 2020 dijadwalkan digelar pada Mei mendatang. Namun, Direktur Olahraga Ducati, Paolo Ciabatti, pesimistis rencana itu akan terjadi.
Dunia sedang menghadapi ancaman virus corona. Berbagai aktivitas dihentikan, terutama kegiatan yang melibatkan orang banyak.
Jagat olahraga terkena dampaknya, tak terkecuali MotoGP.
Setelah seri pertama berlangsung setengah jadi (tanpa balapan kelas utama), pembalap dan tim di MotoGP masih belum tahu pasti kapan kejuaraan akan kembali dimulai.
Tiga seri balap sesudah MotoGP Qatar resmi mengalami penundaan.
Seri kedua MotoGP Thailand mundur ke bulan September. Adapun dua seri berikutnya, MotoGP Americas dan Argentina, ditunda dari bulan April menjadi November.
Ketika seri balap di benua lain bermasalah karena virus corona, penyelenggara MotoGP yang berbasis di Eropa berharap kondisi yang lebih baik dari kampung halamannya.
MotoGP Spanyol yang sejatinya menjadi seri kelima didapuk menjadi seri perdana kelas MotoGP sekaligus seri kedua bagi kelas Moto2 dan Moto2.
Akan tetapi, perkembangan terkini justru berkata lain. Berbagai wilayah di Benua Biru juga mengalami krisis karena pandemi Covid-19.
Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO) per 18 Maret, ada 13.716 kasus virus corona yang terkonfirmasi di Spanyol dengan 598 korban jiwa.
Kondisi negara lain tidak lebih baik. Prancis dan Italia yang menjadi tuan rumah perlombaan berikutnya juga terkena dampak besar virus corona.
Italia bahkan sejak lama mendapat status sebagai zona merah. Dilaporkan ada 35 ribu lebih kasus virus corona dengan korban jiwa hampir mencapai 3 ribu orang.
Situasi ini membuat Direktur Olahraga Ducati, Paolo Ciabatti, memprediksi MotoGP 2020 akan kembali ditunda.
"Saya mengikuti perkembangannya. Saya pikir kita akan segera melihat angka kasus yang terjadi Italia di bagian lain benua ini," kata Ciabatti.
"Dengan mempelajari statistiknya, saya khawatir tidak mungkin untuk berpikir bahwa kejuaraan akan dimulai sebelum Juni atau Juli," imbuhnya.
Ciabatti berkaca pada kasus penanganan Covid-19 di China. Dengan kebijakan isolasi yang diterapkan secara otoriter, diperlukan waktu dua bulan untuk terbebas dari wabah.
"Dengan sistem kami yang demokratis, penanganannya akan memerlukan waktu lebih lama," sambung Ciabatti.
Ciabatti berpendapat akan diperlukan berbagai penyesuaian untuk bisa menggelar 17-18 seri balap dalam waktu yang tersisa.
Selain mengambil masa jeda paruh musim pada Juli, menghelat beberapa seri pada akhir tahun juga menjadi opsi yang patut dipertimbangkan.
"Akan tetapi ini baru teori. Tidak ada yang tahu kapan situasi akan kembali normal," ucap Ciabatti memungkasi.