TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Berbagai turnamen tenis berguguran setelah pandemi Covid-19 memaksa penyelenggara untuk membatal maupun menunda kompetisinya.
Nah, untuk gelaran US Open dan French Open diharapkan tetap bisa digelar pada tahun 2020.
Terakhir, turnamen bergengsi Wimbledon 2020 juga harus mengalah.
Sejatinya digelar pada 29 Juni -12 Juli, turnamen bertaraf Grand Slam itu terpaksa dibatalkan karena pandemi yang diakibatkan virus corona tersebut.
CEO All England Lawn Tennis Club (AELTC), Richard Lewis, selaku pihak yang bertanggung jawab menyelenggarakan Wimbledom berharap dunia tenis bisa kembali hidup.
Lewis masih menaruh harapan besar pada turnamen-turnamen lain, utamanya ajang Grand Slam US Open 2020 dan French Open 2020.
"Sisi optimistis dalam diri saya masih berharap musim turnamen lapangan keras di Amerika dapat terlaksana," ucap Lewis.
"Harapannya adalah masalah ini dapat teratasi, dan turnamen-turnamen 1.000 poin seperti Montreal, Toronto, Cincinati, dapat dimainkan menjelang US Open," sambungnya.
Krisis yang dialami berbagai negara akibat pandemi virus corona membuat Lewis khawatir rangkaian turnamen tenis akan berhenti pada 2020.
"Saya kira realistis untuk mengatakan bahwa tidak ada tenis lagi tahun ini," kata Lewis.
"Akan tetapi, mari kita berharap bahwa US Open dan Roland Garros [French Open, red] dapat dimainkan," tuturnya.
France Open 2020 telah mengalami penundaan. Semula dijadwalkan pada 24 Mei-7 Juni, French Open 2020 baru akan bergulir pada 20 September-4 Oktober.
Pagelaran French Open 2020 akan sangat berdekatan dengan US Open yang berlangsung sepekan sebelumnya.
US Open 2020 rencananya akan dihelat pada 24 Agustus-13 September di Billie Jean King Tennis Center, New York, Amerika Serikat.