TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Badminton World Federation (BWF) kembali mengumumkan penundaan turnamen-turnamen di bulan Mei hingga Juli 2020.
Sebelumnya, belasan turnamen juga telah ditunda akibat wabah Covid-19 yang masih menjadi ancaman di seluruh dunia.
Sebanyak empat turnamen Grade 2 dan sembilan turnamen Grade 3 akan ditunda hingga waktu yang belum ditentukan.
Blibli Indonesia Open 2020 (BIO) adalah salah satu turnamen Grade 2 yang akan ditunda. Sebelumnya PBSI telah mengajukan penundaan BIO kepada BWF menjadi bulan September 2020.
"Kami memahami kondisi ini dan mendukung langkah yang diambil BWF, karena masa darurat Covid-19 sampai akhir Mei, jadi BIO memang tidak mungkin diselenggarakan di jadwal awal," kata Achmad Budiharto seperti dikutip dari laman resmi PBSI.
"PBSI masih menunggu pengaturan jadwal lebih lanjut, kami terus berkoordinasi dengan BWF dan sudah membicarakan beberapa alternatif waktu yang paling tepat untuk penyelenggaraan BIO," lanjut Sekretaris Jenderal PP PBSI ini.
Budiharto mengatakan bahwa PBSI dan BWF telah memutuskan bahwa penyelenggaraan Blilbi Indonesia Open 2020 yang merupakan turnamen level Super 1000 ini akan tetap dilangsungkan di tahun ini.
Selagi menunggu kepastian tanggal penyelenggaraan BIO, panitia pelaksana juga telah melakukan berbagai persiapan diantaranya membuat konsep event, memastikan reservasi lokasi penyelenggaraan turnamen, serta rapat koordinasi bagian-bagian terkait.
Sementara itu, pada pekan lalu BWF juga telah mengumumkan adanya pembekuan rangking, termasuk rangking di kelas junior (U-19). Rangking dibekukan hingga waktu yang belum ditentukan. Rangking dunia yang berlaku adalah rangking hingga tanggal 17 Maret 2020, rangking ini akan menjadi acuan untuk pendaftaran dan penentuan daftar unggulan di turnamen berikutnya, yang juga masih belum ditentukan kapan.
"Saya rasa freeze rangking ini adalah keputusan yang bijak dari BWF. Kami bisa memahami ini menjadi concern bagi para pemain, terkait kesepakatan dengan sponsor. PBSI juga akan membantu para atlet untuk mencari win-win solution ke pihak sponsor," jelas Budiharto.
Lebih lanjut dijelaskan Budiharto, bahwa tiap sponsor memiliki kesepakatan dengan atlet yang mereka kontrak. Sebagai contoh, si atlet harus mengikuti berapa turnamen dalam setahun, berapa gelar juara yang diraih, termasuk kesepakatan atlet harus berada di posisi rangking tertentu.
Perubahan jadwal turnamen tentunya berpengaruh besar terkait hal-hal di atas, inilah yang akan didiskusikan bersama dengan para sponsor.